"Tadi juga dititipi ini, Â " kata Dito sambil menyodorkan sebuah surat panggilan. Â Asih menerima dengan tangan gemetar. Â Buat bapak, Â batinnya.
Dito segera pulang ketika ibu memanggil Asih kembali untuk menyuapi Bani.Â
"Sih, Â sini, " kata bapak sore itu di teras rumah. Â Sambil menikmati kopi bapak memandang anak sulungnya agak lama.Â
"Kalau Asih ikut belajar di lab sekolah tidak apa apa? " tanya bapak kemudian.
"Mau, Pak, Â mau..., " jawab Asih cepat.
"Eh.. Tapi adik-adik? " tanya Asih ragu.
Bapak menggeleng. "Itu tanggung jawab ibu dan bapak, Â yang penting kamu besok ke sekolah, Â diantar bapak.. Membantu ibumu nanti pulang sekolah saja.. Â Cuma sampai jam 12 kan? " kata bapak lagi.
 Asih memeluk bapak dengan gembira.  Bapak mengelus kepala anaknya dengan terharu.Â
Sebentar lagi ia harus memberikan pengertian pada istrinya bahwa tugas utama Asih adalah belajar. Bukan momong adik-adiknya seperti yang biasa dilakukannya selama ini sehingga tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H