Mohon tunggu...
Yulenda Waremra
Yulenda Waremra Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga. Pembuat aneka kue puisi, menyanyi dan menciptakan lagu, dapat dijumpai di instagram @jaribermanfaat.

Owner Meno Coffee Timika - Papua

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan, Aku Ingin Mama di Rumah Saja

5 September 2021   20:34 Diperbarui: 5 September 2021   20:54 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pukul setengah tujuh pagi, setelah pertarungan panjang melawan kantuk dan pegalnya tubuh yang dihajar lelah, semua bersiap di dalam mobil.

Seorang wanita dengan seragam kantor hijau dan gincu merah muda lembut menempel di bibir tebalnya, mengecek kembali list kebutuhan harian di otaknya. Kompor sudah mati atau belum ya? Lampu kamar mandi? Pintu dapur? pintu kamar?  Membongkar tasnya, Handphone? Kaca mata? Tugas kantor? Power bank, hard disk... 

"Bekalnya mana Ma?" Si bungsu bertanya. Astaga naga ular naga, barang penting seharga nyawa tertinggal. Eits bukan pelit sebagai ibu jajanan di luar meragukan kebersihan dan kualitas bahannya. 

Sudah terbukti banyak kasus keracunan makanan akibar jajanan sekolah yang murah meriah dan cantik tapi zero gizi dan high resiko kesehatan karena memakai bahan baku yang murahan dan terkadang hampir expire atau mungkin sudah, hanya Tuhan yang tahu. Oke sudah dengar semboyan ada rasa ada harga? Atau harga tak bisa bohongi kualitas?

Dia turun dengan tergesa-gesa kembali ke dalam rumah, hanya untuk mengambil bekal yang tertiggal di atas meja makan. 

"Ya ampun, PAPI!!... Dasar pelupa, masa dompet yang berisi STNK dan SIM serta handphone bisa tertinggal? Ck". Sambil mengomel panjang kedua tangannya meraih benda-benda tertinggal itu.

"Nih, pasti lupa lagi", sodornya. Sang suami mengambilnya dengan menyengir. Dia tak berani tertawa karena melihat wajah istrinya yang sudah cemberut.

 "Terima kasih sayang, maklum faktor u," elaknya.

Ihh alasan. Lalu gegas dia masuk ke dalam mobil. Menatap sebentar kaca di depannya, memastikan dandananya tak luntur. Lalu sekali lagi bertanya, "semua beres??"

"Siap mami." Serempak ayah dan anak menjawab. Oke sah, mereka meninggalkan rumah.

"Kak sebentar ulangan kan? Tanya sang mama memecah keheningan. "Ingat dikerjain dengan benar ya, baca soalanya teliti sebelum menjawab. Terus periksa kembali kertas ulangannya sebelum di kumpul. Dan ingat jangan nyontek!!. Oke?"

"Ai, ai kapten mami."

"Kak, Mami, Papi tidak butuh nilai kakak 100 tapi hasil usaha orang lain, mending kakak dapat 20 tapi  dikerjakan sendiri dengan kejujuran, itu lebih bermakna dari pada 100 dengan curang." Tak menjawab gadis kelas 3 SD itu mengangguk pelan.

Sebenarnya pikirannya sedang kacau, semalam tidak belajar dengan baik karena keburu ngantuk. Sejak sang mama memutuskan bekerja otomatis jam mereka harus menyesuaikan jam kerja sang mama. 

Bangun jam 5 subuh, mandi, ganti baju, sarapan memastikan kembali isi tas yang sudah disiapkan sejak malam. Jam setengan tujuh sudah harus jalan pertama mengantar sang mama, setelah itu adiknya di baby care dan terakhir dia dan sang papa karena satu kompleks.

Jika lewat 5 menit saja keluar dari rumah maka macet di jalan dan emosi papanya akan buruk. Setelah pulang sekolah jam 12 siang, dia tidak ikutan pulang, harus menunggu di kantor papanya. Ngantuk tapi tak bisa tidur rasanya aneh kalau harus tidur sambil duduk, kok mirip vampire sih. 

Papanya kelewat tegas, bertingkah sedikit dimarahi, berlarian di panas dan keringat dimarahi, hanya bertanya dimarahi. Hah rasanya serba salah, mending di rumah saja tapi siapa yang menjaga? Pengasuh yang baru kerja sebulan lalu mengundurkan diri. Baru saja direkrut yang baru, eh gugur setelah satu minggu akibat malaria berkepanjangan.    

Setelah menjemput mamanya dan adik mereka berkendara ke rumah dan karena macet tibanya sudah malam. Sampai di rumah, mamanya akan cepat-cepat masak, mandi dan makan malam. 

Kalau baterainya masih ada dia akan mengerjakan PR bersama, tapi disertai omelan panjang. Alasannya sudah malam lah, sudah capek lah, tidak sayang orang tua dan lain-lain yang tak mau di dengar anak itu. Hah, capek selalu terburu-buru mirip lalu lintas padat. "Tuhan bolehkah meminta, agar mama di rumah saja?" Doanya.

Timika, 5 September 2021

YL. Warem

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun