Stunting, merupakan suatu masalah kesehatan yang saat ini tengah menjadi fokus pemerintah Indonesia. Dari tahun ke tahun pemerintah mencoba berbagai cara guna menekan angka peningkatannya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan Stunting sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan yang berada di bawah standar. Â Seseorang yang menderita Stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kesehatannya secara paripurna/Perfect Health.
Postur tubuh yang tidak optimal sehingga menjadi lebih pendek dari orang-orang disekitarnya; Meningkatnya resiko penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain; Menurunnya kesehatan reproduksi dan kemampuaan kognitif; Beresiko memiliki upah yang minim dan sulit mendapatkan pekerjaan; Menjadi bahan olokan dilingkungan sosial.
Beberapa dampak yang dipaparkan di atas secara tidak langsung menjelaskan bahwa para penderita Stunting terancam secara Bio-Psycho-Sosio. Â
Maka dari itu, perlu dilakukan pencegahan sedini mungkin. Beberapa hal yang dapat dilakukan seperti pengawasan stunting pada 1000 hari pertama kelahiram (1.000 HPK), penguatan kader posyandu, pemberian makanan tambahan (PMT), pelatihan kader PKK melalui Food Management, hingga Sosialisasi Cuci Tangan Pakai Sabun atau CTPS. Hal inilah yang dilakukan oleh kelompok Mahasiswa P2MB UPI pada salah satu sekolah dasar di Kota Sukabumi.
SDN Sukakarya 2 Kota Sukabumi merupakan instansi pendidikan formal yang terletak di Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi. Sekolah ini menjadi salah satu target sosialisasi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), yang sedang melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan (P2MB) di Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi.Â
Dengan membawa tema "Mahasiswa Peduli Stunting" atau "MAHA PENTING", kelompok mahasiswa P2MB UPI merancang kegiatan sosialisasi CTPS di SDN Sukakarya dengan harapan mampu menjelaskan pentingnya mencegah stunting melalui sanitasi yang baik, serta melakukan analisa terhadap tingkat pemahaman anak mengenai CTPS.
Kelas 5 terpilih menjadi target edukasi yang akan dilakukan oleh para mahasiswa. Hal ini dikarenakan siswa kelas 5 sudah mempelajari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari guru penjaskes, sehingga dianggap sudah mampu dan menguasai materi terkait sehingga hanya perlu diberikan penjelasan secara spesifik mengenai CTPS.Â
Kegiatan dimulai dari pukul 08.00 WIB dan dilakukan di ruang kelas 5. Pemateri memperkenalkan diri serta memulai pemberian materi dengan metode bernyanyi sebagai media pembelajaran dengan isi materi, yaitu tata cara cuci tangan menurut kementrian kesehatan. Tak lupa mahasiswa yang menjadi pemateri memberikan ceramah betapa pentingnya mencuci tangan setelah bermain dan sebelum makan guna mencegah kontaminasi silang dan mencegah stunting dengan sanitasi yang baik.Â
Kemudian siswa kelas 5 diajak bermain dilapangan oleh pemateri berikutnya sebagai ice breaking serta sebagai persiapan materi berikutnya. Para siswa kelas 5 pun mengikuti kegiatan dengan riang dan penuh perhatian.
Setelah selesai bermain, para siswa diarahkan untuk membasahi tangan dengan air bersih dan memakai sabun sambil mempraktikan apa yang sudah diajarkan oleh pemateri pertama. Para siswa terlihat mampu dan sudah memahami materi yang telah diberikan sehingga pada akhir kegiatan. Para mahasiswa pun mengakui bahwa kegiatan sosialisasi pada hari itu berjalan sukses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H