Mohon tunggu...
Yul Rachmawati
Yul Rachmawati Mohon Tunggu... -

loves writing. reading. drawing\r\neasy to motivate someone and vice versa\r\nmotto: laa hawla wa laa quwatta illa billah\r\n@yulrachmawati, yulrachmawati.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keajaiban Menulis :)

9 Juni 2013   08:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:19 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba bayangkan, ingatkah kita ketika pertama kali kita terlahir ideologis? Sudah berapa banyak buku kah yang telah kita baca? Salahkah jika kita membuat SATU tulisan atau SATU buku saja untuk dibaca semua orang?


Ukhtifillah, kali ini saya menulis tentang hal-hal berbau jurnalistik, salah satunya adalah menulis. Mungkin banyak yang terheran-heran dengan judul notes saya diatas. Benarkah menulis itu merupakan sebuah keajaiban? So, baca notes nya sampai habis kemudian amalkan :)

Sebagai pengemban dakwah tentunya kita membutuhkan skill, terutama berbicara dan juga menulis. Mengapa? Karena saya punya motto TALK MORE DO MORE, kita memang dituntut untuk menyampaikan islam ditengah-tengah masyarakat, maka dari itu kita harus mempunyai skill berbicara. Namun, tak disangkal bahwa dengan hanya mengandalkan lisan saja dakwah nampaknya kurang “berasa”dan tidak menjangkau semua pihak. Maka dari itu, menulis menjadi salah satu solusi agar dakwah kita semakin gencar. Jadi, TALK dengan lisan dan DO dengan menulis.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

— Pramoedya Ananta Toer


I like it, saya suka sekali dengan quotes ini. Kiranya jelas sekali, bahwa menulis akan mengabadikan kita dalam sejarah. Coba bayangkan bagaimana kita tahu bahwa Nabi Muhammad selalu melakukan ini dan itu kalau orang-orang tidak menuliskan apa yang beliau lakukan dan katakan?. Coba bayangkan pula ketika Allah tidak menurunkan Al-Qur'an. Mau dibawa kemana hidup kita?

Tentunya, menulis itu bukanlah bakat. Namun menulis itu hanyalah niat. Ya, menulis itu 90% niat dan 10% adalah bakat. Dengan menuliskan huruf A pada kertas atau ms.word, inspirasi yang lain itu hanya akan mengikuti. Seperti yang dikatakan oleh Ellison : Mulai lah menulis, jangan berpikir. Berpikir itu nanti saja. Yang penting menulis dulu. Tulis draft pertamamu itu dengan hati. Baru nanti kau akan menulis ulang dengan kepalamu. Kunci utama menulis adalah menulis, bukannya berpikir.

Ya, banyak orang besar diawali dari menulis. Fatima Mernissi mengatakan : Usahakan menulis setiap hari, niscaya kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa! Dari saat anda bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung dibawah mata anda akan segera lenyap dan kulit anda akan terasa segar lagi. Menjelang tengah hari, ia berada dalam kondisi prima. Dengan kandunga aktifnya, menulis menguatkan struktur kulit ari anda. Pada akhir hari, kerut-kerut anda sudah memudar dan wajah anda menjadi lembut kembali.

Mulailah menulis. Mulailah besok. Bangunlah satu jam lebih awal dan duduklah dengan sebatang pena didepan selembar kertas kosong atau bukalah laptop anda dan ketikan beberapa kata. Sabarlah dengan itu. Sabar. Sangat sabar. Tiba-tiba, sesuatu akan terjadi. Kertas itu akan menjadi hidup, bahkan pena itu tak dapat menandingi pikiran anda yang melaju begitu cepat. Benak anda akan tergugah, tubuh anda akan dipenuhi energi dan gagasan-gagasan anda akan bermunculan.

Menulislah selama satu jam setiap harinya. Apa saja. Boleh apa saja. Bahkan, anda boleh menulis kepada Universitas Padjadjaran yang menaikan harga SPP. Sah-sah saja. Atau andapun bisa menulis tentang dosen yang telat hadir pada mata kuliah di fakultas anda.

Namun, Fatima Mernisi mengatakan bahwa menulis bukanlah bertarung tinju. Ketika anda bermain tinju, maka perut dibalas dengan pukulan perut, hidung dengan hidung. Kalau yang berdarah bukan anda, maka adalah lawan anda. Sungguh, bukan demikian esensi dari menulis. Ketika menulis, semua yang terlibat harus mempertahankan perut atau hidungnya masing-masing. Jadi, menulis berarti membuat “target” anda menjadi teman berbicara anda.

Ia pun menambahkan bahwa menulis juga berarti membuat seseorang yang awalnya acuh tak acuh pada anda menjadi pembaca yang penuh perhatian. Dan, inilah sesungguhnya yang membedakan menulis dengan tinju. Dengan menulis pula, anda akan mengubah “monster-monster” disekeliling anda menjadi teman berbicara yang mengagumkan, yang nantinya akan mendengarkan anda dengan senang hati. Anda tidak perlu berteriak-teriak jika ingin ide anda di dengarkan. Cukup ambil sebatang pena, tuliskan ide-ide anda, dan keajaiban pun akan terjadi. Begitu anda menulis, orang-orang akan menaruh lebih banyak perhatian tentang apa yang akan anda katakan. Intinya, Jadikan, menulis itu sebagai kesenangan, ajang untuk berbicara, berbagi, membebaskan ide-ide anda, dan tunggulah sampai keajaiban menulis itu datang.

Jadi, menulis dan bermimpilah. Apa ruginya jika kita mengkhayalkan suatu dunia yang lebih baik?

Wallahu'alam bisshawab

Jatinangor, 14 Maret 2011

Karena hidup adalah pilihan, dan pilihan kita adalah untuk berkarya dalam lisan dan tulisan :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun