Mohon tunggu...
Yul Rachmawati
Yul Rachmawati Mohon Tunggu... -

loves writing. reading. drawing\r\neasy to motivate someone and vice versa\r\nmotto: laa hawla wa laa quwatta illa billah\r\n@yulrachmawati, yulrachmawati.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Absurd :)

28 Mei 2011   14:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:06 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat tidur Clara.”

Suara itu sepertinya aku kenal, namun sulit ku berkata, mataku terus terpejam, entah sampai kapan aku akan terus terpejam. Aku begitu lemah.

****

Plak.

Ia kembali menampariku setelah menendang-nendang tubuhku, aku yang tak berdaya begitu pasrah. Di pikiranku kini hanya ada Desal, Cokro, Citra yang terlihat begitu cemas dan teman - teman koas ku yang lain. Oh, Ya Allah apa yang mereka khawatirkan ternyata benar, aku tertangkap basah. Bahkan ku tak sanggup melawan, aku maki diriku sendiri, menangis terisak karena aku yang begitu lemah.

Clara.” Salah seorang dari mereka membuyarkan lamunan sesaatku.

Kau begitu rapuh Clara, jilbabmu bersimbah darah, apa kau cukup kuat menahan semua ini.” Dia kembali menarik jilbabku kewajahnya, aku terus menunduk semakin dalam, aku malu akan ketidakberdayaanku.

Mereka berjumlah 3 orang, mereka semua perempuan, dan yang jelas aku mengenal mereka, mereka temanku di fakultas kedokteran. Perempuan pertama bernama Zeta, ia paling kuat dan pintar berkelahi, ia sering sekali menentang orang-orang yang tidak seprinsip dengannya walau itu dosennya sekalipun. Yang badannya paling kecil adalah Maria, ia cantik, banyak orang yang tertarik padanya, namun tak kusangka ia tega melakukan ini semua terhadapku, dan yang terakhir adalah Adelia, ia adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa kami semua, aku yakin itu karena aku tahu Adelia tak menyukai orang-orang berjilbab lebar sepertiku, dan ia jelas-jelas membenci diriku.

Yang terlihat disekelilingku adalah tiga orang wanita yang senantiasa mengangguku, kursi-kursi rapuh, keranda mayat, meja-meja berdebu, dan beberapa tempat tidur yang tak terpakai lagi sehingga salah satu dari empat kaki penyangga tempat tidur itu sudah mengalami korosi, catnya mengelupas bahkan sudah hilang tak berbekas. Aku tahu sekarang, aku berada di gudang rumah sakit.

Claraaa.” Adelia berteriak, ia membuat telingaku sakit.

Sejak kapan kau menghilangkan kemampuan bicaramu.” ia berbicara begitu karena dari tadi aku sama sekali tak menghiraukan apa yang ia ucapkan. Ia kemudian mendekatiku dan memaksa ku melihat wajahnya yang penuh make-up.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun