Mohon tunggu...
Yul Rachmawati
Yul Rachmawati Mohon Tunggu... -

loves writing. reading. drawing\r\neasy to motivate someone and vice versa\r\nmotto: laa hawla wa laa quwatta illa billah\r\n@yulrachmawati, yulrachmawati.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Absurd :)

28 Mei 2011   14:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:06 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Krek . . krek . .krek . .

Terdengar suara ranting terinjak perlahan, suaranya berasal dari taman.

Siapa itu?” aku setengah berteriak ketakutan, dadaku kembang kempis, naik turun begitu cepat, nafasku tersengal sengal, aku hanya bisa menangis dalam kegelapan, kesendirian, dan ketakutan. Tapi ku niatkan aku harus kuat. Namun entah mengapa, walau aku merasa takut, di dalam hati kecilku aku merasa berani.

Krek. . . bunyi itu semakin kuat, perlahan dan semakin dekat.

Siapa itu?” aku berteriak sekarang, tanpa peduli akan ada yang terbangun karena teriakanku itu.

Tampakkan dirimu!”

Semakin ku berteriak langkah itu terdengar semakin dekat.

Krek krek krek, suara ranting yang terinjak itu makin cepat.

Krek krek krek krek

Braaaaaaaaaapppppppp, mereka semua muncul dihadapanku seraya mendekap tubuhku dan merebahkanku ke tanah.

Dari arah taman sepatu-sepatu itu mulai terlihat jelas dan mereka semua meyerbuku, ada sekitar 3 orang, aku tidak bisa berkutik, aku terjatuh ke tanah, sakit sekali tubuh ini rasanya, salah seorang dari mereka, yang paling kecil, menaruh sapu tangannya di hidungku, semakin ku melawan, ia menekan sapu tangan itu begitu dalam dan kuat, ku berusaha melepasnya, aku berusaha melawannya, aku gigit tangannya, ia mengerang kesakitan, aku terus melawan namun aku merasa lemah. Dua di antara mereka mengikat kaki dan lenganku. Aku lemah, tidak berdaya sama sekali, aku yakin ia menaruh obat bius dalam sapu tangan itu. Sebelum ku tutup mataku karena tak keberdayaanku yang begitu besar, salah seorang dari mereka berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun