Mohon tunggu...
Yuke Erawati
Yuke Erawati Mohon Tunggu... Lainnya - NPM 1751020124

Mahasiswi Perbankan Syariah B, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Raden Intan Lampung

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Covid-19 terhadap Kesehatan Perekonomian Indonesia dan Tingkat Kesehatan Bank

17 Mei 2020   21:53 Diperbarui: 17 Mei 2020   22:05 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pandemi Corona atau yang dikenal dengan Covid-19 saat ini sudah menyebar di berbagai belahan dunia salah satunya adalah Indonesia. Saat ini korban positif Corona di Indonesia dari data terakhir yang di peroleh per 2 April 2020 tersebar di 32 Provinsi dengan total kasus positif 1.790 kasus, 112 pasien dinyatakan sembuh dan total pasien yang dinyatakan meninggal dunia ada 170 pasien, serta penambahan kasus positif dalam 24 jam terakhir  yang didominasi dari Ibukota Jakarta yang merupakan pusat perekonomian di Indonesia. Indonesia juga tercatat sebagi negara dengan tingkat kematian atau mortality rate tertinggi di Asia Tenggara akibat virus ini dan peringkat ke-2 negara dengan angka kematian 8,63 persen di dunia.


Perlu kita ketahui bahwa virus Corona atau yang kita kenal sebagai Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir 2019 lalu dan telah menjangkiti ratusan ribu umat manusia, sementara puluhan ribu orang meninggal akibat Covid-19 ini. Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga telah menetapakn wabah virus Corona ini sebagai pandemik global yang harus diselesaikan bersama-sama karena sudah meluas di berbagai negara. Lalu bagaimanakah dengan kesehatan perekonomian Indonesia?


Akibat penyebaran wabah yang sudah menyebar di berbagai  negara ini menyebabkan perlambatan ekonomi di berbagai belahan dunia. Bank dunia melalaui laporannya telah menyebutkan bahwa negara-negara tersebut perlu bertindak cepat, kooperatif, dan dalam skala besar untuk menghadapi dan mengantisipasi perlambatan ekonomi yang lebih buruk. Pemerintah juga disarankan untuk melakukan penyesuaian kebijakan kesehatan dan kebijakan ekonomi makro. Akibat penyebaran ini juga sudah dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia mulai dari pedagang di pasar, para pedagang UMKM, pedagang yang terpaksa menutup tokonya, para ojek online yang kehilangan konsumennya, para sopir bus dan angkot yang terpaksa berhenti, kelangkaan kebutuhan pokok sehingga harga-harga kebutuhan pokok menjulang tinggi dan ini turut dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat juga baik di perkotaan maupun pedesaan.


Lembaga Penelitian Economi Center of Reforms on Economic (CORE) bahkan memprediksi bahwa pertumbuhan ekomomi di Indonesia berada pada kisaran -2 persen hingga 2 persen. Angka tersebut dapat dicapai jika pemerintah berhasil melakukan langkah-langakah yang lebih ketat dalam mencegah penularan virus Corona seperti di China. Pandemi Corona ini juga berpotensi meningkatkan angka kemiskinan dan pengangguran apabila penanganan pandemic virus Corona ini memakan waktu yang lama, maka periode pembatasan juga akan semakin lama, sehingga nanti golongan yang bekerja di sektor informal akan kehilangan pekerjaannya dan jatuh pada garis kemiskinan.


Lalu, Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati membeberkan sejumlah fakta yang menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya perbankan Indonesia yang dibayangi krisis ekonomi global sebagai dampak pandemi virus corona. Secara khusus, dia mencermati salah satu indikator kesehatan aset suatu bank berupa kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) yang diprediksi akan semakin meningkat selama masih berlangsungnya wabah Covid-19.


Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), persentase NPL Gross perbankan mencapai 2,79 persen dan NPL Net sebesar 1.00 per Februari 2020 ini. Kemudian NPL berdasarkan sejumlah sektor di antaranya sektor ekonomi berada di atas 3 persen, sektor akomodasi 5,66 persen, industri pengolahan 4,22 persen, perdagangan 3,99 persen, pertambangan 3,83 persen, dan konstruksi 3,81 persen dalam kurun waktu yang sama.
"Walau pada bulan Februari NPL-nya tidak menyentuh 5 persen, data ini dapat memberikan gambaran kondisi sebelum terjadi Covid-19 di Indonesia yang menyiratkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki risiko untuk mengalami peningkatan NPL lebih banyak dibandingkan rata-ratanya di sektor lain. Ini menandakan kondisi perekonomian dan perbankan Indonesia yang menurun, dan diprediksi akan semakin turun dengan adanya krisis karena pandemi ini," kata Anis dalam keterangan persnya dikutip dari laman dpr.go.id, Minggu (12/4).


Politisi Fraksi PKS ini juga mengomentari trigger indicator dari krisis, menurut LPS, di antaranya terjadinya ketika ada pergerakan DPK antar kelompok buku, tren peningkatan suku bunga simpanan, terjadinya tren peningkatan nilai transaksi PUAB, terjadinya pergerakan DPK keluar dari sistem perbankan, dan pergerakan portifolio trade finance individual bank relatif terhadap trade finance industri.


Menurut Anis, LPS perlu memberikan penjelasan terkait indikator-indikator tersebut secara lengkap termasuk dengan ukuran kuantitatif dan kualitatifnya.


"Penjelasan LPS sangat diperlukan untuk memberikan gambaran tentang kondisi kesiapan Pemerintah dalam hal ini khususnya LPS dalam mengantisipasi krisis ekonomi dan perbankan yang disebabkan pandemi," pungkasnya.

Nama : Yuke Erawati

NPM : 1751020124

Prodi : Perbankan Syariah B/6

Dosen : Muhammad Iqbal Fasa, M.E.I.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun