Mohon tunggu...
Yuka Langbuana
Yuka Langbuana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Konservatif tertib nalar. Washington State University Senior majoring in Computer Science and Economics Follow saya di Twitter dan Instagram: @YukaLangbuana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Surat untuk Mahasiswa Indonesia, dari Saudara Seperjuangan di Luar Negeri

17 Juli 2017   00:45 Diperbarui: 17 Juli 2017   01:49 2241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
I.S.O Green River College

Kepada saudara-saudariku, mahasiswa Indonesia. 

Salam hangat dari saya, mahasiswa Indonesia yang sedang berguru di luar negeri. Telah sampai kabar mengenai perjuangan kalian melawan anomali dan ketidakwajaran yang terjadi di negeri kita Indonesia. Disamping tanggung jawab akademis kita yang beratnya bukan main, kita masih meluangkan waktu untuk memperhatikan dan mengkritisi arah politik yang diambil wakil-wakil dan pemimpin kita dalam roda pemerintahan. Marilah sejenak kita kagumi semangat kita yang menggelora, untuk bersama menyaksikan Indonesia sekali lagi menjadi "macan asia", yang siap dan tangguh menghadapi tuntutan zaman.

Sebagai mahasiswa Indonesia di luar negeri, tidak seharipun saya lewati hari tanpa memperhatikan perkembangan negara kita. Rasa rindu saya, dan saya yakin saya mewakili mahasiswa Indonesia lainnya, pada negara kami, adalah lecut penggerak langkah kaki ini menuntut ilmu dari guru-guru dan manusia-manusia terbaik di dunia. Harapan kami semua adalah ketika tiba saatnya kami pulang ke tanah air, kami pulang membawa ilmu dan pandangan segar untuk negeri ini, dan berkontribusi terhadap pembangunan Indonesia.

Mungkin sebagian dari kalian berpikir, bahwa kami, mahasiswa Indonesia yang sedang berguru di luar negeri, tidak peduli dengan pergerakan dan perjuangan mahasiswa di dalam negeri. Sebagian dari kalian juga berpikir, bahwa kami tidak ubahnya anak manja, yang tidak mengerti artinya berpeluh turun ke jalan, berjuang untuk rakyat kecil yang sekarat menderita ditindas elit politiknya sendiri. Seringkali solusi yang kami tawarkan masih terkesan asing dan anti-nasionalis di telinga kalian. Beberapa dari kalian bahkan menganggap kami sebagai antek asing yang rela menjual bangsanya sendiri atas nama "globalisasi" dan "kemakmuran dunia".

Ingat Go-Jek? Nadiem Makarim adalah lulusan Brown University yang ingin mensejahterakan para pengemudi ojek agar mereka mendapat pendapatan tetap. Tapi ingatkah sebagian dari kalian turun ke jalan memprotes inovasi yang ditawarkan beliau dengan dasar ketidakberpihakan kepada rakyat dan kompetisi yang tidak adil? Ingatkah juga kalian dengan Prof. Boediono yang lulusan University of Pennsylvania.Yang dengan ilmu dan keahliannya mampu menstabilkan pasar Indonesia di tengah guncangan ekonomi dunia tahun 2008? Hanya karena almamaternya, kalian tuduh beliau sebagai ekonom liberal, anti pancasila, antek asing yang hendak menjual negaranya sendiri.

Perspektif kami mungkin berbeda dengan kalian yang mendengar langsung jeritan-jeritan rakyat. Solusi yang kami tawarkan juga mungkin berbeda dan cenderung "liberal". Tapi bukankah titel "maha" disematkan didepan kata "siswa" karena kemampuan kita untuk memilah dan merevisi pemikiran-pemikiran orang lain? Kami tidak mampu turun berinteraksi langsung dengan rakyat seperti kalian, kami hanya mampu menyumbang pikiran lewat tulisan, hasil pendidikan kami di negara-negara yang telah terbukti mampu mensejahterakan rakyatnya, mampu menegakkan hukumnya, dan mampu memproyeksikan ideologinya ke bangsa-bangsa lain di dunia.

Tidakkah kita ingin menyaksikan sila - sila pancasila terpenuhi dan bukan sekedar hafalan semata? Bukankah pembukaan konstitusi kita menisbatkan bangsa ini untuk "melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia"? Saya lantang berani menyampaikan kepada anda, jikalau pembukaan ini tertulis pada konstitusi negara-negara tempat kami belajar, sesungguhnya cita-cita itu sudah terpenuhi jauh sebelum bangsa ini mengenal konsep kebangsaan Indonesia. Maka salahkah kami berpikir untuk menawarkan solusi permasalahan bangsa kita dengan
hasil pemikiran bangsa-bangsa yang telah sukses menyelesaikan permasalahan fundamentalnya? Salahkah untuk sedikit menyontek mereka yang telah sukses membangun negaranya?

Kami selain belajar-menuntut ilmu, juga memperhatikan gerak-gerik dan tradisi demokrasi negara-negara maju dan cara mereka menjaga persatuan bangsa dengan mengikutsertakan setiap warga negaranya. Menaikkan derajat mereka di mata dunia, tanpa meninggalkan mereka yang belum mampu menopang diri ataupun keluarganya. Asal ada kemauan dan semangat, Indonesia sebagai negara yang masih belajar berdemokrasi, layaknya seorang anak kecil, masih mampu dibentuk dan ditanamkan karakter-karakter berdemokrasi secara dewasa. 

Politik yang masih terkesan kotor dan korup, sering mendiskreditkan nama bangsa kita di mata dunia. Adalah tugas dan kewajiban kami mahasiswa Indonesia di luar negeri untuk membangun persepsi yang baik tentang negeri kita. Tapi kami tidak akan berhasil tanpa perjuangan kalian yang tanpa lelah, satu-persatu mengkritik dan mencoba memperbaiki kebijakan pemerintah kita untuk tetap berada di koridor demokrasi dan asas Pancasila. Kalian-lah ujung tombak gerakan perubahan di negeri kita dan di pundak kalian-lah harapan kami bergantung.

Sebagai bagian dari tradisi reformasi tahun'98, mahasiswa & mahasiswi adalah bagian dari penjaga dan pilar utama demokrasi Indonesia kontemporer. Kita pemuda dengan semangat idealisme yang masih segar-segarnya, adalah bagian penting dari kritik terhadap jalannya roda pemerintahan. Karena apalah arti semangat kebangsaan dan moral berbangsa, jika tidak dilandasi idealisme yang kental.

Layaknya Bung Karno yang naik ke podium menghadap rakyat, dan Bung Hatta yang menghabiskan waktunya membaca karya politisi luar. Marilah kita bekerja sama membangun Indonesia layaknya bapak bangsa kita bekerja sama berjuang memerdekakan Indonesia. Kita mungkin berbeda pendapat, tapi keinginan kita tetap satu: Indonesia yang mampu melindungi setiap warga negaranya, dan Indonesia yang mampu berdiri di atas kaki sendiri. Teruslah berjuang untuk kemajuan bangsa, dan teruslah berjuang untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Salam,

Yuka 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun