Seolah kegelisahan rakyat, seolah gaung genderang reformasi, hanyalah angin lalu belaka. Setali tiga uang dengan sang anggota dewan, adalah orang yang tidak mau mengoreksi diri dengan merasa sikapnya sudah benar, orang lainlah yang bersalah.
Rupanya pelajaran bahasa kita sangat keren ya. Peribahasa "Gajah dipelupuk mata tak nampak, sedangkan semut diseberang lautan nampak" pun masih berlaku bagi para petinggi negeri ini.Â
Peribahasa yang dijulukkan bagi orang yang tak mau mengoreksi diri, lebih suka menunjuk kesalahan orang lain. Sungguh memalukan dan hina sesungguhnya jika peribahasa itu dialamatkan kepada orang-orang ditempat terhormat itu.
Tapi apa mau dikata, bangsa ini seolah sudah lama kehilangan rasa malu, sudah tak kenal lagi harga diri. Sudah lama kita menjadi bangsa murahan. Tak punya harga diri dan integritas.
Dengan mental karakter murahan, bagaimana kita berharap tamu yang terhormat akan datang. Yang ada orang akan pergi menjauh. Tanpa merengek kesana-kemaripun jika Anda seorang yang berkarakter dan berintegritas, orang akan mendatangi Anda tanpa diundang.
Hari ini, sang anggota Dewan mungkin sedang senang gembira, karena dendamnya seolah terbayarkan melalui Revisi UU KPK. Tetapi sangat kasihan, jika karena hasrat dan kesombongan itu, ia juga harus menanggung dosa atas uang-uang haram yang mengalir deras karenanya.
Semoga tulisan ini bisa menjadi cermin bagi kita. Semoga pula, kita masih terus berjuang menjadikan bangsa ini bangsa yang berkarakter, berintegritas, bangsa yang terhormat didepan bangsa-bangsa lain.
...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H