Mohon tunggu...
Masbro Hidayanto
Masbro Hidayanto Mohon Tunggu... -

sebagian pns, sebagian petualang, sebagian yuiworld.wordpress....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senandung Persahabatan

19 April 2010   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:43 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan akhirnya, sebuah coretan pd suatu papan yg menandakan brp bnyk masalah yang pernah mereka selesaikan disini, tempat ini. Tidak tahu kenapa, ketiga sahabat itu selalu bisa menyelesaikn masalah yang mereka hadapi di tempat ini. Tempat di suatu pinggiran bukit kecil dengan sebuah pohon yang selalu dapat membuat mereka terhindar dari sengatan matahari siang dan memberikan kehangatan di malam hari. Ritual itu pun selalu mereka lakukan jika salah satu dari mereka mendapat masalah. Tempat nongkrong yang selalu mereka gunakan untuk berkumpul, dibawah rindangnya pohon jambu air itu yang usianya juga sudah tidak muda lagi, meskipun tidak lebih tua dari usia mereka bertiga. Yang herannya pohon itu selalu bisa membantu untuk menyelesaikan masalah mereka. Di bawah pohon itu banyak masalah yang telah dapat diselesaikan oleh ketiganya dengan menggunakan ritual yg sama dan monoton itu. Dan pohon itu merupakan saksi hidup yang selalu tahu apa yang telah menjadi masalah ketiga anak muda itu, walau tak bisa berkata-kata sepatah katapun tentang masalah yg sedang mereka hadapi. Pernah suatu ketika pohon penting yang selalu dianggap tak penting (karena ketiga orang itu sebenarnya ga pernah mengakui tempat itu sebagai bagian kisah pertemanan mreka) itu kering dan hampir mati, dan salah satu dari ketiganya datang menyiraminya tanpa diketahui yang lainnya. Dia berharap pohon itu agar tidak mati, hingga pada suatu ketika dia datang untuk menyiraminya, menemukan pohon itu sudah basah tersiram padahal dia belum menyiraminya seperti hal yang telah biasa dia lakukan. Kejadian itu kembali terjadi secara terus menerus hingga pada suatu saat fakta itu pun terungkap. Di suatu hari libur di siang hari yang panas, mereka sedang berkumpul ditempat Jinggo yang sering mereka gunakan untuk ngumpul. Mereka sedang sibuk membantu Jinggo yang sedang menguras kolam Ikan Koinya. seperti kebiasaan mereka, mereka menguras kolam itu sambil mendengarkan lagu-yang mengalun dari winamp dari PC di kamar Jinggo. Sebuah lagu Senandung Persahabatan dari The Rain. Hidup tak lagi terasa sepi Malam pun tak lagi terasa sunyi Ketika ada teman yang peduli Dan mau untuk berbagi Kesedihan pun berganti tawa Kebimbangan pun terhapus sirna Jikalau ada sahabat setia Yang mampu sembuhkan luka

Tiada yang abadi di dunia Tiada yang kekal selamanya

Coba dengarkan petuah dari mereka semua Kita hidup di dunia hanya sementara Dan takkan ada yang sanggup untuk tetap bertahan Kecuali cinta dan persahabatan

Karena memang hidup kita Akan menjadi lebih indah Semua karena cinta dan persahabatan

"Ambil ember lagi dong Nggo, buat naruh ikan nih, ada yang ketinggalan." Rio teriak-teriak dari dalam kolam meminta ember. "Ambil sendiri sana, tanggung nih!" jawab Jinggo sambil nyikatin pinggiran kolam. "Kog ni ember kotor banget se Nggo? Blepotan lumpur kayak habis dari sawah gini." Tannya Rio sambil ngambil ember yang masih nganggur. "Iya, tadi habis tak jatuhin di jalan" jawab Jinggo. "Hah, jatuh dimana sih? Ngapain aja se tinggkah kamu tuh?" Brata ikutan nimbrung. “Aku tadi habis nyiramin tu pohon jambu yang disana itu, aku kashian aja kalo nanti pohon itu mati, eh taunya ada yang nyiram selain aku. Siapa juga yang mau iseng nyiramin itu pohon." JInggo cerita dan tanpa sadar memprodusi pertanyaan seperti itu. Dan tiba-tiba ketiga anak manusia itu saling pandang, tanpa satu kata yang keluar dari mulut mereka, lalu mereka terbang sejenak ke alam pikiran mereka sendiri-sendiri. Melayang memikirkan apa yg baru saja terungkap dari perbincangan yang baru saja terjadi. Ternyata di sana ada yang menginginkan pohon itu hidup, bukan seseorang dan bukan dua orang. Mungkin pikiran mereka sama, jika nantinya bakal ada yg merasa kehilangan kalo sampai pohon ini mati. Mungkin ketiganya menyadari bahwa pohon tersebut merupakan bagian dari persahabatan mereka, yang selama ini mereka jalin walaupun tak ada menyampaikannya secara lisan, karena persahabatan tidak harus keluar dari bibir, tapi sikap kita yang dapat menunjukannya. Setelah kembali dr alam masing-masing, mreka pun melanjutkan ksibukan mreka seperti tidak mengetahui apa yg bru saja terungkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun