Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Wisata Sadar Sampah, Peluang dari Barang Terbuang

18 Februari 2018   23:03 Diperbarui: 19 Februari 2018   09:48 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Wikihow.com

WISATA sadar sampah? Apa pula maksudnya ini. Apakah bermaksud wisata membersihkan sampah di DTW (Daerah Tujuan Wisata)? Atau wisata berwawasan sampah? Artinya DTWnya adalah sampah semua, mulai dari sampah organik, anorganik sampai berupa-rupa sampah masyarakat. Ah... ada-ada saja.

Tapi ndak apa-apa. Mari kita coba telusuri dunia wisata itu sendiri. Dalam KBBI daring dijelaskan bahwa wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya). 

Bisa juga disebut bertamasya atau piknik. Selanjutnya wisata itu sendiri berkembang menjadi beberapa jenis di antaranya wisata alam, artinya perjalanan yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungannya sebagai objek tujuan wisata. 

Wisata bahari berarti bepergian menikmati alam laut. Wisata budaya yang berarti bepergian bersama-sama dengan tujuan mengenali hasil kebudayaan setempat. Ada pula wisata buru di mana kegiatan wisata memanfaatkan satwa sebagai objek kegiatan buru. Ada juga wisata studi yakni melakukan perjalanan wisata sambil belajar. Juga kita temui wisata karya yang artinya kunjungan kerja. Banyak lagi perkembangan wisata sesuai dengan kebutuhan dan minat dari wisatawan itu sendiri.

Kalau begitu, boleh juga digagas dan dikembangkan wisata sadar sampah. Siapa takut. Nah, dalam tulisan ini wisata sadar sampah adalah gabungan dari wisata budaya, wisata studi, wisata karya, dan wisata alam.

Dasar Membangun DTW Sadar Sampah

Untuk membangun perlunya DTW Sadar Sampah maka eloknya kita bahas dulu timbulan sampah. Kisah timbulan sampah kita mulai dari kisah tumbuhan pisang (Musa sp.). Pisang merupakan tanaman istimewa yang banyak dijumpai di sekitar permukiman. 

Dan ternyata pisang merupakan tanaman surga seperti yang tertera dalam QS. Al-Waqiah 56:27-29 yang artinya  dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya)". Subhanallah.

Pada tahun 1960-an sampai tahun 1970-an, kita dapat melihat daun pisang digunakan untuk pembungkus makanan kecil atau jajanan seperti lapek pisang, lapek sagu, lapek bareh. Malah daun pisang juga menjadi pembungkus nasi ramas atau nasi ampera. Sebelum nasi ini dibungkus, daun pisang dipanaskan sebentar di atas bara api ataupun api yang menyala di atas tungku. Istilahnya didiangkan sejenak. 

Daun pisang yang terkena panas api akan terlihat mengilat. Kalau istilah masyarakat awam, keluar minyaknya. Setelah itu barulah daun pisang itu digunakan untuk membungkus nasi ampera atau nasi ramas. 

Nasi yang dibungkus dengan daun ini bila kita buka untuk disantap, terasa harumnya. Tentu bukanlah seharum bunga melati, bunga ros, bunga kamboja, atau parfum yang mudah didapatkan di toko penjual minyak wangi seperti sekarang ini. Entah kenapa, daun pisang yang dipakai untuk membungkus nasi itu dipakaikan istilah harum. Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun