Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Wisata Literasi: Bersama Memperkuat Makna dan Fungsi Keluarga

22 Juni 2017   00:08 Diperbarui: 22 Juni 2017   00:12 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wisata Literasi:

Bersama Memperkuat Makna dan Fungsi Keluarga

Oleh Yuhirman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya; orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; batih ; sanak saudara; kaum kerabat; satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat;

Berdasarkan pengertian di atas maka dalam kehidupan keseharian pada saat sekarang, keluarga dapat dimaknai sebagai orang seisi rumah yang terdiri dari ibu, ayah, beserta anaknya. Hal ini sering disebut sebagai keluarga batih atau keluarga inti. Akan tetapi secara sosial atau hidup bermasyarakat keluarga dapat juga dimaknai sebagai satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. 

Maksud sangat mendasar ini bisa juga dimaknai bahwa kekerabatan di antara anggota masyarakat itu tumbuh dan berkembang berdasarkan wilayah tempat tinggal, seperti RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga) dan seterusnya. Kekerabatan juga tumbuh berdasarkan sesama alumni sebuah lembaga pendidikan, atau sesama institusi dalam pekerjaan, hobi, kelompok seni, olahraga dan sebagainya. 

Bahkan dalam dunia yang lebih besar dapat saja menjadi keluarga besar sebuah negara yang terikat dengan ideologi bernegara, tujuan bernegara dan seterusnya sesuai dengan syarat-syarat berdirinya sebuah negara. Yang hebatnya, kekerabatan juga terbangun di antara beberapa negara sehingga muncul istilah seseorang atau individu dinyatakan sebagai anak dunia yang berarti bagian dari keluarga dunia yang lebih luas.

Apapun bentuk keluarga yang semakin berkembang itu maka bentuk dan kekerabatan anggota keluarga tetap didasari dari kesiapan anggota keluarga untuk masuk dan bergabung dengan keluarga besar dan keluarga yang sangat luas. Seorang anggota keluarga (individu) di sebuah negeri terpelosok, misalnya di sebuah dusun di Mentawai---bisa saja menjadi anggota keluarga pencinta seni tradisional yang anggotanya terdiri dari bermacam suku bangsa. Pada sisi lain, contoh yang paling esktrim adalah seorang anak muda di sebuah desa terpencil ternyata menjadi anggota keluarga terorisme yang dapat merusak dunia.

Ada juga anggota keluarga yang besar kemungkinan anak kita, anak kawan kita, tetangga kita, ternyat a tidak menjadi anggota keluarga di antara keluarga yang ada. Pada hal dia hadir dalam waktu dan tempat yang sama. Dia hadir tanpa dihitung dan dia ada akan tetapi tiada dirasakan. Atau, mereka itu adalah anggota keluarga yang meresahkan keluarga yang lain. Dia menjadi beban bagi bangsa. Dia menjadi kerikil kecil perusak kekerabatan keluarga. Bisa jadi dia penyebar issu, pemberita kabar bohong, pengganggu ketenteraman, pencuri, perampok, pelaku korupsi dan sebagainya.

Yang paling memprihatinkan pada saat sekarang adalah anggota keluarga kita yang muda. Anggota keluarga yang kurang mendapat perhatian, seperti pelajar yang bolos sekolah dan keluyuran saat jam pelajaran pada hal mereka masih membutuhkan bimbingan. Begitu juga pemuda yang pada saat sekarang marak sebagai pengendara motor atau pebalap liar. 

Informasi Padang Ekspres, 3 Maret 2017, mengatakan bahwa kurang dari sebulan saja, Satpol PP Padang telah menertibkan 555 pelajar yang keluyuran saat jam pelajaran sekolah. Pelajar itu di antaranya asyik main domino, game online, dan play station (PS). Ini kondisi anggota keluarga kita yang memprihatinkan yang menjadi beban masyarakat. Anggota keluarga seperti ini sebenarnya cukup banyak jumlahnya di kota dan kabupaten lain selain Kota Padang di Indonesia ini. Di samping banyak, anggota keluarga ini memiliki keberagaman kegiatan yang meresahkan anggota keluarga lainnya.

Menyongsong Indonesia Emas 2045, kita harus mendorong lahirnya anggota keluarga yang tidak menjadi beban masyarakat dan negara. Mereka harus mampu berkontribusi menjadi anggota keluarga yang luas semisal anggota Keluarga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka harus menjadii pelaku utama dalam membangun Keluarga Emas Indonesia.

Wisata literasi dapat menjadi salah satu acuan dalam membangun keluarga Emas Indonesia. Wisata yang berarti bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya). Sedangkan wisata literasi dapat diartikan sebagai bepergian bersama-sama ke perpustakaan untuk memperluas pengetahuan. Bisa juga acaranya dikembangkan menjadi bepergian untuk membangun silaturrahmi dengan anggota keluarga yang gemar membaca dan aktif menulis. Tentulah tidak lupa tetap dalam suasana bersenang-senang

Wisata Literasi di Sumatera Barat

Wisata literasi dapat menjadi cabang wisata baru setelah wisata budaya, wisata alam, wisata religius, wisata "ekstrim" dan sebagainya. Potensi wisata literasi di Sumatera Barat yang dapat dikembangkan cukup banyak. Di antara potensi itu adalah Rumah Budaya Fadli Zon di Ai Angek, Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau di Padang Panjang, Rumah Buya Hamka di tepi danau Maninjau, Rumah Bung Hatta di Bukittingi. Peserta wisata diinapkan 2 hari atau 3 hari atau lebih dengan kegiatan membaca, resensi buku, berdiskusi, menulis, dan menonton flim dokumenter. 

Para siswa atau anak muda yang berasal dari beragam suku, agama, dan ras yang suka membolos dari sekolahnya,  berkelahi, tawuran, berandalan dapat menjadi prioritas dalam kegiatan wisata literasi ini. Tentu akan lebih bermakna bila para orang tua juga menjadi peserta wisata literasi ini. Wisata literasi dapat menjadi salah satu terapi ampuh untuk membangun sikap positif dalam kehidupan anggota keluarga kita. Psikolog mengatakan bahwa menulis merupakan terapi dalam hidup manusia karena menulis dapat menjernihkan pikiran, mengatasi trauma, membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, membantu memecahkan masalah.

Tentu fasilitator atau pendamping untuk kegiatan ini bukan orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang gemar membaca, aktif menulis, dan cinta buku. Orang-orang ini adalah instruktur atau fasilitator pemberdayaan yang mampu membangun motivasi peserta, membangun cita-cita, dan merencanakan kegiatan posistf yang dapat dilakukan peserta. Orang-orang seperti ini banyak di Indonesia.

Akhirnya, keluarga kita maknai sebagai kumpulan anggota masyarakat yang saling memperkuat untuk masuk dan memberi makna di dalam lingkaran besar NKRI. Anggota keluarga ini harus kita siapkan secara bersama mulai dari keluarga batih sampai ke keluarga besar dalam ikatan suci bhinneka tugal ika. Wisata literasi menjadi salah satu media membangun dan memperkuat makna dan fungsi keluarga. Wallahualam.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun