Menyongsong Indonesia Emas 2045, kita harus mendorong lahirnya anggota keluarga yang tidak menjadi beban masyarakat dan negara. Mereka harus mampu berkontribusi menjadi anggota keluarga yang luas semisal anggota Keluarga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka harus menjadii pelaku utama dalam membangun Keluarga Emas Indonesia.
Wisata literasi dapat menjadi salah satu acuan dalam membangun keluarga Emas Indonesia. Wisata yang berarti bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya). Sedangkan wisata literasi dapat diartikan sebagai bepergian bersama-sama ke perpustakaan untuk memperluas pengetahuan. Bisa juga acaranya dikembangkan menjadi bepergian untuk membangun silaturrahmi dengan anggota keluarga yang gemar membaca dan aktif menulis. Tentulah tidak lupa tetap dalam suasana bersenang-senang
Wisata Literasi di Sumatera Barat
Wisata literasi dapat menjadi cabang wisata baru setelah wisata budaya, wisata alam, wisata religius, wisata "ekstrim" dan sebagainya. Potensi wisata literasi di Sumatera Barat yang dapat dikembangkan cukup banyak. Di antara potensi itu adalah Rumah Budaya Fadli Zon di Ai Angek, Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau di Padang Panjang, Rumah Buya Hamka di tepi danau Maninjau, Rumah Bung Hatta di Bukittingi. Peserta wisata diinapkan 2 hari atau 3 hari atau lebih dengan kegiatan membaca, resensi buku, berdiskusi, menulis, dan menonton flim dokumenter.Â
Para siswa atau anak muda yang berasal dari beragam suku, agama, dan ras yang suka membolos dari sekolahnya, Â berkelahi, tawuran, berandalan dapat menjadi prioritas dalam kegiatan wisata literasi ini. Tentu akan lebih bermakna bila para orang tua juga menjadi peserta wisata literasi ini. Wisata literasi dapat menjadi salah satu terapi ampuh untuk membangun sikap positif dalam kehidupan anggota keluarga kita. Psikolog mengatakan bahwa menulis merupakan terapi dalam hidup manusia karena menulis dapat menjernihkan pikiran, mengatasi trauma, membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, membantu memecahkan masalah.
Tentu fasilitator atau pendamping untuk kegiatan ini bukan orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang gemar membaca, aktif menulis, dan cinta buku. Orang-orang ini adalah instruktur atau fasilitator pemberdayaan yang mampu membangun motivasi peserta, membangun cita-cita, dan merencanakan kegiatan posistf yang dapat dilakukan peserta. Orang-orang seperti ini banyak di Indonesia.
Akhirnya, keluarga kita maknai sebagai kumpulan anggota masyarakat yang saling memperkuat untuk masuk dan memberi makna di dalam lingkaran besar NKRI. Anggota keluarga ini harus kita siapkan secara bersama mulai dari keluarga batih sampai ke keluarga besar dalam ikatan suci bhinneka tugal ika. Wisata literasi menjadi salah satu media membangun dan memperkuat makna dan fungsi keluarga. Wallahualam.-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H