Seperti hari-hari biasanya setiap pagi dan sore jalanan depan rumah selalu lebih ramai dengan hilir mudik kendaraan. baik itu roda dua,tiga,empat,enam semua berasa tumplek blek pada waktu yang sama di sebuah jalan dengan lebar hanya 5-6 meter'an saja.
Suara gertakan klakson sepertinya sudah menjadi sahabat baik telinga saya setiap waktu. maklum rumah saya tepat di samping Bangjo (Abang Ijo) alias lampu merah atau traffic light. jadi kalau saya keluar rumah itu langsung disambut oleh aspal beserta para penggunanya.
Apa yang terjadi di depan rumah saya itu mungkin juga sama dialami di daerah-daerah lain, karena memang begitulah fenomena berlalu lintas di negara kita, yang mana kendaraa pribadi masih menjadi andalan dalam mobilitas yang membuat volume jalan semakin penuh.
. . .
Pada sebuah sore yang cerah sepulang dari kantor, saya terbiasa dengan ritual menyirami tanaman, karena bagi saya aktifitas ini sebagai healing selepas pekerjaan kantor yang menguras hati dan pikiran ditambah lagi perjalanan pulang yang melelahkan.
Siraman air yang terus menghujani tanaman dan tanah kering tersebut menghadirkan aroma sejuk yang membuat lamunan saya terbang kesebuah jalan raya yang sering saya lewati setiap hari, yang mana tedapat perempatan dengan traffic light yang abnormal.
Kenapa abnormal ?
Karena traffic light tersebut mampu memprioritaskan ruas jalan mana yang membutuhkan waktu lebih lama saat hijau dibandingkan ruas jalan yang lain berdasarkan tingkat kepadatan kendaraan.
sehingga dapat mengefektifkan waktu tunggu para pengguna jalan tanpa harus menunggu timer sampai selesai untuk ruas jalan yang sudah sepi. karena timer dapat memprediksi seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tingkat kepadatan suatu ruas jalan tertentu.
Artinya disini peran timer dan lampu kuning sangat penting, karena terkadang lampu kuning hanya sering dianggap sebuah pajangan saja karena tidak pernah dinyalakan.
Lalu bagaimana kalau semua ruas jalan memiliki kepadatan kendaraan yang sama ? ... yaaa kembali ke Default
Lalu bagaimana sistem ini bekerja ?
Tentunya sistem ini harus saling terintegrasi antara perangkat traffic light, timer, sensor pendeteksi kemacetan dan komputerisasi yang sudah ditanam dengan sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI)
Seperti halnya citra pada Google Map jika mode Traffic kita aktifkan, maka akan memberikan informasi ruas jalan mana yang padat (warna merah gelap), orange (padat merayap) dan hijau (lancar jaya) serta memberikan saran jalur mana yang tecepat untuk dituju meski kadang dipilihkan jalan yang tidak manusiawi alias mblusuk-mblusuk. meskipun begitu, itu semua juga peran dari sistem AI yang bekerja.
Sesederhana itu saja konsepnya. tentunya masih bisa dikembangkan lebih lanjut untuk memberikan solusi-solusi lain atas kesemrawutan dijalan.
Karena penerapan AI sudah sangat umum di era saat ini, bahkan kehidupan kitapun secara tidak sadar sudah diatur oleh AI. maka sudah saatnya inovasi penggunaan sistem AI dalam berlalu lintas mulai dikembangkan terutama di negara kita.
. . .
Tiba-tiba saja suara menggelegar klakson truk pengangkut semen mengaburkan lamunanku yang sangat inovatif ini yang artinya menyudahi pula ritual siram-siram tanaman sore ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI