Setelah melakukan kegiatan observasi dan menemukan permasalahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran, mengobservasi situasi lingkungan belajar, mengamati proses pelaksanaan perancangan dan evaluasi proses pembelajaran terlihat pembelajaran perlu adanya inovasi pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mendorong peserta didik untuk mengekspresikan kreativitas diri mereka dalam memecahkan masalah serta dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan menentukan media, strategi dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan kemampuan peserta didik dalam memahami pembelajaran, dikarenakan pada kegiatan pembelajaran sebelumnya guru hanya menggunakan media pembelajaran berupa papan tulis, metode ceramah dan sumber belajar buku paket, sehingga menyebabkan peserta didik menjadi bosan dan terlihat motivasi belajar peserta didik rendah.
Hasil analisis motivasi belajar siswa kelas XI IPA berdasarkan hasil rekaman pembelajaran, didapat 0% siswa tergolong dalam kategori sangat rendah, siswa yang tergolong dalam kategori rendah sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa yang tergolong dalam kategori cukup sebanyak 12 siswa atau 60%. Siswa tergolong dalam kategori tinggi sebanyak 6 siswa atau jika dipersentasikan sejumah 30% siswa, dan 0% tergolong dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kls XI IPA memiliki motivasi belajar cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan  bahwa pada penelitian ke 2 motivasi belajar siswa kela XI IPA cukup.
Peran yang saya lakukan yaitu menyusun lembar observasi sekaligus melaksanakan observasi untuk mengumpulkan data mengenai karakteristik dari peserta didik. Dari data yang telah dikumpulkan, saya gunakan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Pihak yang terlibat dalam perancangan dan evaluasi pembelajaran yaitu saya guru pamong dan dosen untuk menentukan alternatif solusi bersama guna memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik melalui media pembelajaran yang menarik dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik sehingga tercipta situasi pembelajaran yang menyenangkan dan maksimal.
Dari hasil penilaian proses pembelajaran kimia yang dilakukan siklus 1 cukup baik dan  terarah, dengan menggunakan lembar dan instrumen penilaian yang sudah disiapkan, proses penilaian observasi hasil belajar menjadi lebih baik dan mudah untuk dilakukan
Manfaat yang dirasakan juga menjadi lebih baik, karena proses pembelajaran kimia yang dilakukan telah sesuai dengan rencana pembelajaran yang diimplementasikan di kelas, salah satu manfaatnya adalah peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran
Dari hasil penilaian yang didapat selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung sudah cukup menggambarkan hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran kimia yaitu peserta didik mampu :
1). memahami kestabilan unsur-unsur gas mulia dengan benar
2). menjelaskan pengertian ikatan ion dengan benar
 3). memahami proses terbentuknya ikatan ion dengan benar
menurut Ware, K., dkk. 2022. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya dapat
menghadapkan siswa pada masalah untuk menekankan pada pembelajaran yang kolaboratif dan merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang inovatif memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Sehingga terlihat adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Dengan pelaksanaan metode Problem Based Learning (PBL) dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan informasi sebanyak-banyaknya, dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, melibatkan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Berdasarkan analisis hasil belajar dapat diketahui nilai rata-rata pretest peserta didik adalah 72 , sedangkan nilai rata rata postest 86, dikarenakan siswa yang mendapat nilai di atas KKM pretes adalah 72% dan nilai postest 86%. Siswa yang mendapat nilai pretest di bawah KKM sebanyak 5 siswa dan nilai postest di bawah KKM terdapat 1 siswa. Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 50. Data dan tabel (terlampir) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah mengalami perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H