Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Terakhir

14 Desember 2018   07:52 Diperbarui: 1 Januari 2019   23:36 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raya membuka mata. Melawan gaya gravitasi kelopak matanya yang masih mengantuk. Ia menoleh. Mengamati wajah Rex yang masih lelap di sampingnya.

Rex yang selalu ada di sisinya selama lima tahun pernikahan mereka. Pernikahan yang bahagia. Amat sangat bahagia.  

Raya bangkit perlahan dari tempat tidur lalu menuju dapur. Menjerang air untuk dua gelas kopi pagi mereka. 

Ia menatap nanar kedua gelas kopi di hadapannya. Memikirkan salah satu dari gelas itu yang nantinya akan teronggok berdebu di dalam lemari penyimpanan.

Raya membawa gelas-gelas kopinya ke kamar dan meletakkan keduanya di meja kecil pada sisi kanan tempat tidur. Sisi dimana Rex berada.

Rex terbangun oleh aroma kopi dan menggeliat malas di atas bantalnya.

"Pagiii," sapa Raya riang.

"Pagi Sayangku." Rex tersenyum dan langsung mengacak-acak rambut Raya, kebiasaan yang selalu dilakukannya setiap pagi. Raya tergelak dan berusaha merapikan rambutnya kembali.

"Mau kubuatkan sarapan sekarang ?" tawar Raya.

Rex mengangguk dengan bibir berada di pinggiran gelas, menyeruput kopinya yang masih panas.

"Habis ngopi aku mandi dulu deh, biar wangi." Rex mengedipkan sebelah matanya. "Soalnya kan mau sarapan bareng sama cewek cantik."

Raya tertawa melihat tingkah suaminya. Rex memang selalu bersikap hangat dan manis.

  

Raya mulai memotong-motong roti. Lembar-lembar keju dan daun letuce berserakan di atas meja. Plastik kedap udara yang membungkus irisan daging padat terbuka lebar di hadapannya. 

Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka dan ditutup kembali. Rex akan memulai ritual mandi paginya. 

Raya meletakkan pisaunya. Kemudian membuka laci penyimpanan rahasianya dan menarik keluar lembaran kertas itu. 

Kertas yang ia sembunyikan sejak ia mencetaknya dari alamat email pribadi Rex dan menghapus pesan aslinya.

Dengan tangan gemetar, Raya membaca kembali surat itu. Langsung pada tanggalnya. Lalu melirik ke arah kalender digital di dinding.

Hari ini. 

Ya. Ini hari terakhir. Ia tak boleh menundanya lagi.

 

Raya segera kembali ke dapur dan menyelesaikan roti sandwichnya. Sarapan terakhir untuk cinta abadinya. Untuk manusia terkasihnya.

Setelah menata sarapan dengan cantik di atas meja seperti biasa, Raya menguatkan hati untuk memulainya.

 

Rex, aku bahagia.

Raya mengulurkan lengan kirinya.

Bahagia bisa bercanda dan tertawa denganmu setiap saat.

Dan menekan pergelangan tangan kirinya dengan ibu jari tangan kanan.

Bahagia bisa memberimu cinta, dan menerima cinta darimu.

Lalu menyebutkan beberapa angka di dalam pikirannya.

Tetapi waktuku telah habis.

Sebuah bunyi klik pelan bergema di kepalanya.

Aku harus kembali.

Raya merasakan sesuatu terputus di dalam tubuhnya.

Kembali ke keheningan abadi ...

 

                               ~ o0o ~

 

Rex keluar dari kamar mandi dan mendapati Raya tertidur di atas meja makan.

"Ya ampun sayang." Rex tertawa. "Kalau masih ngantuk, tidur lagi sana! Masa tidur disini sih?"

Raya bergeming.

"Sayang?" Rex mengguncang bahu Raya. 

Selembar kertas meluncur turun dari atas meja.

Rex mengambil dan membacanya.

 

Kepada Seluruh Relawan Peserta 'Program Rahasia Infinity Project'

Dengan berakhirnya masa percobaan Program Rahasia 'Keluarga Humanoid' versi 15.5.1 tahun kedua, dimohon kepada saudara untuk segera menon-aktifkan Anggota Keluarga Humanoid masing-masing paling lambat pada tanggal 15 Desember 2030, dan segera mengembalikan properti ke kantor pusat.

Berikut kami lampirkan petunjuk untuk menon-aktifkan sistem Humanoid versi 15.5.1.

Terimakasih.

Ketua Pelaksana Lapangan 'Program Rahasia Infinity Project'.

Kertas itu melayang di udara dan jatuh kembali ke lantai.

Rex memeluk tubuh dingin Raya yang tertunduk kaku di atas meja.

Hatinya kosong. 

Air mata menggenangi pelupuk matanya.

Raya yang sangat dicintainya. 

Yang telah mengisi hari-harinya. 

Yang teramat mengerti dirinya. 

Raya yang dengan segenap cinta dan keberaniannya, telah menghindarkan Rex dari tugas berat yang ia tahu akan sangat membebani Rex, yaitu mematikan sumber tenaga yang dimilikinya, saat hari itu tiba.

Hari terakhir. 

END.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun