Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sleepwalking

27 April 2017   21:37 Diperbarui: 28 April 2017   07:00 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Huu … Kak Doni payah, nggak mandiri,” ejek Dini,”Numpang tinggal di rumah orang tua.”

“Dini, kakakmu kan baru saja menikah. Belum punya rumah sendiri. Biar saja lah sementara tinggal bersama kita sambil mereka menabung untuk beli rumah sendiri,” kata mama.

“Iya tapi kan Dini jadi terganggu Maa …”

“Terganggu apanya sih ?”

“Yah rumah kita kan nggak besar Ma. Kalau tambah orang jadi semakin sempit ruang geraknya. Pengguna kamar mandi juga semakin bertambah. Dini jadi harus mandi buru-buru. Mana sok kalem dan sok cantik begitu lagi orangnya.”

Mama tertawa.

“Sok bagaimana sih Din. Kak Anggi kan memang kalem dan juga cantik.”

Dini mendengus kesal.

“Sudah sana mandi. Sudah sore lho.”

 

 ***

 

Malam itu Dini mengutak-atik layar smartphonenya sambil berbaring di atas tempat tidur menunggu kantuk datang.

Sejak Kak Doni pacaran dengan Kak Anggi, Dini merasa kesepian. Apalagi sekarang setelah mereka menikah. Sebelum ada Kak Anggi, Kak Doni adalah orang yang paling akrab dengan Dini.  Teman jalan, tempat curhat, partner bercanda dan bertengkar.

Tapi sekarang …

 

Tring !

Suara denting gelas dari arah dapur.

Siapa yang belum tidur malam-malam begini ?

Dini bangun dan mengintip dari celah pintu kamarnya yang memang tak pernah ditutup rapat.

Ternyata Kak Anggi. Dia keluar dari dapur menuju ke ruang tamu.

Tapi … kok dia kelihatan aneh sih ?

Dini mengamati lagi.

Kak Anggi berjalan pelan dengan tatapan kosong.

Sampai di ruang tamu, ia berdiri diam menghadap ke dinding yang penuh dengan foto keluarga.

Ngapain sih dia, Dini bertanya-tanya dalam hati.

Mau keluar menegurnya rasanya agak takut. Kondisinya aneh.

Napas Kak Anggi terlihat teratur seperti orang tidur. Tetapi ia menatap ke depan seperti sedang mengamati foto-foto di dinding.

Setelah beberapa menit, ia berbalik dan berjalan lagi ke arah lorong samping dapur, menuju pintu kamar Kak Doni.

 

Dini menutup pintu kamarnya sambil berpikir.

Itu tadi … sleepwalking ya ?

Kak Anggi … punya kebiasaan tidur sambil berjalan ?

Ih. Dasar cewek aneh.

 

 

“Masa sih Din ? Jam berapa ?” Kak Doni membelalak tak percaya mendengar cerita Dini.

“Beneran laah. Dini lihat sendiri kok. Jam 12 lewat sedikit.”

“Beneran tidur dia ? Matanya tertutup ?”

“Matanya terbuka kak. Tapi tatapannya kosong. Nggak ada ekspresi gitu. Memang begitu yang namanya sleepwalking.”

“Hmm. Ternyata dia punya kebiasaan sleepwalking ya. Kakak baru tahu …”

“Kakak nggak dengar waktu dia keluar kamar ?”

“Nggak tuh. Yah kamu kan tahu sendiri Din. Kakak kalau tidur nyenyak banget.”

“Iya yah. Eh kak, sleepwalking itu gangguan tidur serius lho. Bisa bahaya. Kalau dia keluar sampai ke jalanan gimana ?  Kan ada kasus orang yang sleepwalking sampai pergi keluar bawa kendaraan pula.”

“Aduh iya ya. Serem.”

“Lagian kakak ketemu cewek begitu dimana sih.  Huh. Aneh.”

Doni tertawa.

“Din, kakak tahu kok kamu nggak suka sama Anggi. Tapi kan kasus sleepwalking bisa terjadi pada siapa saja. Bukan karena personalnya aneh atau gimana. Mungkin karena dia kecapekan atau sedang adaptasi dengan tempat tinggal baru.”

Dini mengerucutkan bibir memperjelas rasa tidak sukanya.

“Begini aja. Kalau nanti kamu lihat dia sleepwalking lagi, kamu bangunin dia. Supaya ada bukti kalau dia memang melakukannya.  Soalnya kalau kakak bilang ke dia langsung, nanti dia nggak percaya dan menganggap kamu yang mengada-ada. Karena dia tahu kamu nggak suka sama dia.”

“Ih. Nggak mau. Kakak nggak tahu ya, pernah ada kejadian orang yang dibangunkan waktu sleepwalking lalu terkejut dan langsung menyerang orang yang membangunkannya ?  Mungkin karena kesadarannya belum kembali sepenuhnya, dia jadi terkejut dan reflek bergerak untuk membela diri. Atau mungkin terpengaruh isi mimpinya saat sedang sleepwalking.”

“Wah, begitu ya ?”

“Iya kak. Katanya lebih baik kalau kita tuntun aja orang itu kembali ke kamar. Kalau dibangunkan nanti dia kaget dan cenderung bersikap agresif.”

Doni  mengerutkan kening berpikir.

“Begini aja Kak. Kakak simpan handphone di bawah bantal.  Pakai mode getar aja. Jangan dering. Nanti Kak Anggi ikutan kaget. Terus kalau aku lihat Kak Anggi sleepwalking lagi, aku telepon kakak.  Nah kakak langsung keluar dan bawa dia masuk ke kamar lagi. Gimana ?’

“Nah, ide bagus. Setuju,” Doni tersenyum dan mengusap kepala adik kesayangannya.

 

 

 Malam-malam berikutnya Dini selalu mengintai dari dalam kamar sekitar jam 12 malam.

Karena menurut teori, biasanya pelaku sleepwalking akan melakukan kebiasaannya itu di waktu yang sama.

Tapi Anggi tak juga muncul.

 

 

“Mungkin cuma kasuistis aja,” kata Doni,” Karena waktu itu dia sedang kecapekan mungkin.”

Dini hanya diam. Di dalam hatinya ia bertekad harus memergoki Anggi melakukan sleepwalking lagi.

Supaya dia semakin dianggap aneh.

Siapa tahu Kak Doni jadi illfeel dan nggak suka lagi sama si Anggi itu.  Lalu mereka berpisah.

Hohoho.

 

 

Dini mengambil gelas dari lemari dan menuang air dari dispenser.

Panas sekali malam ini.  Rasanya ingin minum terus.

 

Tiba-tiba Dini melihat ada pergerakan dari arah sampingnya.

Ia segera beringsut mencari tempat sembunyi di samping lemari es dan mengintip.

Kak Anggi berjalan keluar dari arah kamar Kak Doni menuju ke ruang tamu.

Dini bersorak dalam hati.

Diambilnya handphone dari kantung baju tidurnya dan menelepon Doni.

 

“Huu … Kak Doni payah, nggak mandiri,” ejek Dini,”Numpang tinggal di rumah orang tua.”

“Dini, kakakmu kan baru saja menikah. Belum punya rumah sendiri. Biar saja lah sementara tinggal bersama kita sambil mereka menabung untuk beli rumah sendiri,” kata mama.

“Iya tapi kan Dini jadi terganggu Maa …”

“Terganggu apanya sih ?”

“Yah rumah kita kan nggak besar Ma. Kalau tambah orang jadi semakin sempit ruang geraknya. Pengguna kamar mandi juga semakin bertambah. Dini jadi harus mandi buru-buru. Mana sok kalem dan sok cantik begitu lagi orangnya.”

Mama tertawa.

“Sok bagaimana sih Din. Kak Anggi kan memang kalem dan juga cantik.”

Dini mendengus kesal.

“Sudah sana mandi. Sudah sore lho.”

 

 

Malam itu Dini mengutak-atik layar smartphonenya sambil berbaring di atas tempat tidur menunggu kantuk datang.

Sejak Kak Doni pacaran dengan Kak Anggi, Dini merasa kesepian. Apalagi sekarang setelah mereka menikah. Sebelum ada Kak Anggi, Kak Doni adalah orang yang paling akrab dengan Dini.  Teman jalan, tempat curhat, partner bercanda dan bertengkar.

Tapi sekarang …

 

Tring !

Suara denting gelas dari arah dapur.

Siapa yang belum tidur malam-malam begini ?

Dini bangun dan mengintip dari celah pintu kamarnya yang memang tak pernah ditutup rapat.

Ternyata Kak Anggi. Dia keluar dari dapur menuju ke ruang tamu.

Tapi … kok dia kelihatan aneh sih ?

Dini mengamati lagi.

Kak Anggi berjalan pelan dengan tatapan kosong.

Sampai di ruang tamu, ia berdiri diam menghadap ke dinding yang penuh dengan foto keluarga.

Ngapain sih dia, Dini bertanya-tanya dalam hati.

Mau keluar menegurnya rasanya agak takut. Kondisinya aneh.

Napas Kak Anggi terlihat teratur seperti orang tidur. Tetapi ia menatap ke depan seperti sedang mengamati foto-foto di dinding.

Setelah beberapa menit, ia berbalik dan berjalan lagi ke arah lorong samping dapur, menuju pintu kamar Kak Doni.

 

Dini menutup pintu kamarnya sambil berpikir.

Itu tadi … sleepwalking ya ?

Kak Anggi … punya kebiasaan tidur sambil berjalan ?

Ih. Dasar cewek aneh.

 

 ***

 

“Masa sih Din ? Jam berapa ?” Kak Doni membelalak tak percaya mendengar cerita Dini.

“Beneran laah. Dini lihat sendiri kok. Jam 12 lewat sedikit.”

“Beneran tidur dia ? Matanya tertutup ?”

“Matanya terbuka kak. Tapi tatapannya kosong. Nggak ada ekspresi gitu. Memang begitu yang namanya sleepwalking.”

“Hmm. Ternyata dia punya kebiasaan sleepwalking ya. Kakak baru tahu …”

“Kakak nggak dengar waktu dia keluar kamar ?”

“Nggak tuh. Yah kamu kan tahu sendiri Din. Kakak kalau tidur nyenyak banget.”

“Iya yah. Eh kak, sleepwalking itu gangguan tidur serius lho. Bisa bahaya. Kalau dia keluar sampai ke jalanan gimana ?  Kan ada kasus orang yang sleepwalking sampai pergi keluar bawa kendaraan pula.”

“Aduh iya ya. Ngeri.”

“Lagian kakak ketemu cewek begitu dimana sih.  Huh. Aneh.”

Doni tertawa.

“Din, kakak tahu kok kamu nggak suka sama Anggi. Tapi kan kasus sleepwalking bisa terjadi pada siapa saja. Bukan karena personalnya aneh atau gimana. Mungkin karena dia kecapekan atau sedang adaptasi dengan tempat tinggal baru.”

Dini mengerucutkan bibir memperjelas rasa tidak sukanya.

“Begini aja. Kalau nanti kamu lihat dia sleepwalking lagi, kamu bangunin dia. Supaya ada bukti kalau dia memang melakukannya.  Soalnya kalau kakak bilang ke dia langsung, nanti dia nggak percaya dan menganggap kamu yang mengada-ada. Karena dia tahu kamu nggak suka sama dia.”

“Ih. Nggak mau. Kakak nggak tahu ya, pernah ada kejadian orang yang dibangunkan waktu sleepwalking lalu terkejut dan langsung menyerang orang yang membangunkannya ?  Mungkin karena kesadarannya belum kembali sepenuhnya, dia jadi terkejut dan reflek bergerak untuk membela diri. Atau mungkin terpengaruh isi mimpinya saat sedang sleepwalking.”

“Wah, begitu ya ?”

“Iya kak. Katanya lebih baik kalau kita tuntun aja orang itu kembali ke kamar. Kalau dibangunkan nanti dia kaget dan cenderung bersikap agresif.”

Doni  mengerutkan kening berpikir.

“Begini aja Kak. Kakak simpan handphone di bawah bantal.  Pakai mode getar aja. Jangan dering. Nanti Kak Anggi ikut dengar jadi kaget. Begitu aku lihat Kak Anggi sleepwalking lagi, aku telepon kakak.  Nah kakak langsung keluar dan bawa dia masuk ke kamar lagi. Gimana ?’

“Nah, ide bagus. Setuju,” Doni tersenyum dan mengusap kepala adik kesayangannya.

 

 ***

 

Malam-malam berikutnya Dini selalu mengintai dari dalam kamar sekitar jam 12 malam.

Karena menurut teori, biasanya pelaku sleepwalking akan melakukan kebiasaannya itu di waktu yang sama.

Tapi Anggi tak juga muncul.

 

 ***

 

“Mungkin cuma kasuistis aja,” kata Doni,” Karena waktu itu dia sedang kecapekan mungkin.”

Dini hanya diam. Di dalam hatinya ia bertekad harus memergoki Anggi melakukan sleepwalking lagi.

Supaya dia semakin dianggap aneh.

Siapa tahu Kak Doni jadi illfeel dan nggak suka lagi sama si Anggi itu.  Lalu mereka berpisah.

Hohoho.

 

 ***

 

Dini mengambil gelas dari lemari dan menuang air dari dispenser.

Panas sekali malam ini.  Rasanya ingin minum terus.

 

Tiba-tiba Dini melihat ada pergerakan dari arah sampingnya.

Ia segera beringsut mencari tempat sembunyi di samping lemari es dan mengintip.

Kak Anggi berjalan keluar dari arah kamar Kak Doni menuju ke ruang tamu.

Dini bersorak dalam hati.

Diambilnya handphone dari kantung baju tidurnya dan menelepon Doni.

 

“Kak … sstt … bangun Kak !”

“Mm … iya Din … ada apaa …”

“Kak Anggi tuh. Dia lagi jalan ke arah dapur. Aku sembunyi di samping lemari es nih. Kakak kesini cepetan lihat !”

“Hah … apaan sih Din ?”

“Ituu. Kak Anggi sleepwalking lagiii !  Cepetan Kakak kesini lihat sendiri !  Dia udah masuk ke dapur nih !”

“Din ……… Anggi ada kok …… ini lagi tidur di sebelah Kakak … ?”

“Hah ??”

 

 

END.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun