Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Minema ( misteri ) part-2

29 Oktober 2015   09:43 Diperbarui: 10 Oktober 2016   12:44 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mengenai jalan setapak itu,” sebuah suara datang dari arah belakang, ”Bapak sudah berunding dengan para tetua desa untuk memberi penjelasan yang lebih rinci kepada seluruh warga, supaya tidak ada lagi yang mencoba menggunakannya untuk pergi ke dunia manusia atau membawa manusia masuk ke desa ini, apapun alasannya.”

Pak Kepala Desa yang sebenarnya adalah bapakku yang masih hidup, berdiri di depan pintu kamar.

“Dan setelah kejadian yang dialami Pak Sardi waktu itu, kami juga telah memberlakukan peraturan baru. Yaitu berjaga berpasangan supaya dapat saling membantu apabila ada kesulitan. Dan sanksi tegas juga akan diberikan kepada petugas jaga yang lupa membawa  perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan.” 

“Bapak juga ingin meminta maaf karena telah melakukan kesalahan besar dengan meninggalkan kalian. Saat itu bapak terlalu egois, karena hanya memikirkan pandangan warga desa terhadap bapak sebagai pemimpin. Bapak merasa malu karena terpaksa harus memelihara manusia dirumah kita. Ditambah lagi dengan Sari yang telah melanggar larangan desa dan pergi ke dunia manusia. Keduanya adalah perbuatan yang sangat tercela bagi kaum kita. Tetapi bapak juga tidak menyangka Sari bisa terpengaruh oleh manusia sampai sejauh itu. Bahkan sampai melupakan bapak.”

Aku hanya diam. Tak tahu harus berkata apa.

“Sari, jalan setapak itu memang sudah ada sejak awal kehidupan. Dan akan terus ada sampai kapanpun. Terhadap manusia sudah ada pengamanan dengan penambahan usia maksimal agar jika karena suatu sebab mereka bisa masuk kesini dan berhasil keluar lagi, mereka tidak bisa dengan mudah memberitahukan kepada orang lain tentang keberadaan kita. Sedangkan kita sendiri sebagai makhluk yang berhati lurus, seharusnya bisa lebih mentaati peraturan."

"Dan mengenai lubang yang terjadi akibat kesalahan di masa lalu itu, seharusnya bisa menjadi pengingat supaya kita tidak melakukan kesalahan  lagi. Bukannya malah mempergunakannya….”

Ibu menunduk mendengar kalimat terakhir bapak.

“Kita dan manusia memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersatu….”

 

Kuraih buku berwarna coklat tanah yang diletakkan oleh Ibu di samping tempat tidurku. Buku pelajaranku saat masih kecil. Judulnya : Ilmu Sosiologi, Antropologi dan Budaya Dasar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun