Mohon tunggu...
Beograd Yugoslavia
Beograd Yugoslavia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.gudangbukukecil.org adalah website dari taman bacaan yang saya usahakan, segera Grand Opening di Bulan Oktober 2012. Follow : @gubuk_dubin \r\nPin BB : 3314A632\r\nMohon support dan doanya :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kue Keranjang Plus Plus

4 Februari 2011   08:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:54 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12968074611536375790

Tipuan tiupan angin panas merayu daun-daun tua yang bergelantungan di ranting pohon  untuk menari terbang lepas selama-lamanya. Hanya sekejap daun itu menari, dan selanjutnya berbaring di tanah selamanya. Awan mendung  membuat langit gelap bagai menghalau kawanan burung kuntul untuk terbang menjauh dari sawah-sawah menuju pohon Jambu Mete yang daunnya juga berguguran untuk berlindung.  Sesosok pemuda berjalan diantara daun-daun yang bertebaran di tepi jalan. Nampaknya ia sudah menyiapkan diri untuk menantang hujan yang akan datang, dengan memakai topi caping dari anyaman bambu dan lembaran plastik bening yang melekat terekat dibadannya. Dengan tongkat di tangan dan sebongkah anyaman tikar mirip tas ransel terpasang di punggungnya. Jikalau didapat botol kemasan bekas, dengan sigap tongkat itu akan mencengkeram untuk selanjutnya melambai ke arah keranjang yang digendongnya. Jikalau kawan sering melihat film kungfu, pemuda ini mirip dengan seorang Kaipang. Prihatino nama dari pemuda itu, sesuai dengan namanya yang selalu bernasib prihatin. Dari kecil sampai beranjak dewasa tetap menjadi pemulung atau "laskar daur ulang". Sering ia berangan-angan satu hari dalam hidupnya bisa menikmati kamar hotel berbintang lima dengan kemewahan fasilitasnya di pusat kota. Ramalan cuaca yang disiarkan oleh televisi berlambang kepala burung yang gagah dan ganteng sungguh akurat, sore ini Jakarta diguyur oleh hujan dengan intesitas lebat disertai dengan petir. Tiaw sudah memprediksi sebelumnya, sehingga ia memang sengaja pulang dengan tidak bersepeda motor. Takut kena banjir, karena lintasan menuju rumahnya memang rutin tergenang. Walau hujan turun dengan intesitas sedang sekalipun, jalanan akan berubah menjadi empang.  Motor Harleynya akan terasa berat kalau harus mengapung di empang-empang kaget. Alasan lain Tiaw meninggalkan motor HDnya di kantor, yaitu untuk bisa menumpang mobil Pak Hasan :  supaya bisa bersamaan dengan Meilan yang juga menumpang mobil Pak Hasan. Meilan adalah wanita pujaannya yang didamba dan diidamkan oleh Tiaw. Sebenarnya route pulang Pak Hasan tidak searah dengan jalan pulang Tiaw. Menggunakan alasan mau mampir ke rumah Tantenya, Tiaw menjalankan strategi tipu-tipu. Rencananya ia bisa turun bareng dengan Meilan di halte Relasi jalan Panjang. "Hmmmm setelah turun bareng, aku akan mengajak Meilan untuk makan Bakso Gedem terlebih dahulu, sambil menikmati suasana hujan.....he he he pasti romantis" Tiaw mulai berangan-angan sambil mesem-mesem sendirian. Pada awalnya skenario berjalan dengan baik, tetapi saat mobil Xenianya Pak Hasan keluar tol Kebon Jeruk, Meilan menelepon seseorang yang telah di SMS sebelumnya, "Ahui, kamu sudah sampai di halte Relasi ?? Ok. Aku sampe sebentar lagi ya. Jacket, kantong plastik dan helm sudah kamu bawa kan ? Bagus. Kalo sudah sampai, kita akan makan Bakso Gedem berdua ajah yah. Aku baru saja mendapat hadiah utama yang tak diduga duga. Nanti kuceritain selengkapnya ya. Bentar lagi sampai kok, Bye !!" . Jeger !!!, seakan-akan pintu gerbang yang tebal dan tinggi menampar muka Tiaw seketika saat telepon Meilan ditutup. Cerita hadiah utama yang didapatkan Meilan memang sudah didengarnya. Hal itu membuat hatinya jadi ciut bagai daun putri malu yang tersenggol. Hujan masih lebat mengguyur  Jakarta, tatkala Tiaw harus tereliminasi dalam panggung sandiwara di mobil Pak Hasan.  Ia hanya bisa melamun sambil menggigit ujung-ujung kukunya yang terasa bakso tulang sesudah turunnya Meilan dari mobil Xenia. Meilan yang turun dari Xenia segera disambut dengan payung yang dibawa Ahui, adiknya yang baru datang dari Pontianak. Rupanya Tiaw tak tahu bahwa Ahui adalah adiknya Meilan. Tak lama kemudian Pak Hasan dengan suara keras membuyarkan lamunan Tiaw,"Kamu mau turun di mana Tiaw ?". Secara spontan Tiaw menunjuk halte di depan, " Di sana saja Pak, Halte di depan sana !" sambil menarik napas panjang dan bertanya dalam hatinya "Mau ngapain ya gwe disitu ??". Hujan masih lebat mulai menggenangi ruas jalan Jakarta, saat hari sudah malam. Tak terasa lebih dari satu jam sudah Tiaw duduk termenung, mengasihani dirinya sendiri. Ia tak menyadari seseorang yang bercaping mendekati dirinya, "Ko permisi, punya korek api ngak ?" . "Oh ya,  ada sebentar ya. "  Tiaw sebenarnya bukan perokok aktif, tetapi ia memang merokok bila ada teman-temannya yang juga merokok. Jadi ia tidak terikat dengan harus merokok.  "Ini silahkan." Tiaw menyodorkan korek apinya.  "Kalau boleh sekalian rokoknya koh, punya saya cuma puntung, sudah basah pula. Boleh ya koh, dingin nich soalnya....he he he" dengan terkekeh Prihatin  memamerkan giginya yang kuning. "Oh ya boleh saja mas, ini tinggal dua batang buat kamu saja semuanya." Dengan dingin Tiaw memberikan rokoknya. Asap rokok segera mengepul di halte yang kecil itu, cahaya lampu kuning dari atap halte membuat efek yang dramatis tatkala Prihatin mengeluarkan asap dengan semburan mulutnya. Kali ini Tiaw mulai memperhatikan teman sehaltenya. Tubuhnya kurus, mukanya kusam,  rambutnya panjang yang gimbal tapi mukanya senyum-senyum. Tampak jelas sekali perbedaan dia dengan lelaki muda bercaping yang bersamanya di halte ini. _+_+_+_+_+_+ Halte yang kecil itu semakin basah, karena bocoran atapnya yang berkarat mulai merembet ke mana-mana. Beberapa atapnya yang terbuat dari lembaran besi baja dipenuhi oleh selebaran-selabaran dan iklan iklan yang tertempel sembarangan. Masih terlihat juga beberapa sticker foto caleg yang sudah mulai robek-robek karena termakan usia dan cuaca. Rupanya sticker itu memang ditempel oleh penempel bayaran pada bagian-bagian yang susah dijangkau untuk dibersihkan tiga tahun silam. Pada bagian tiang, banyak poster event-event dan beberapa iklan dari merek makanan kecil atau minuman ringan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu saat matanya membaca iklan KUE RANJANG TANGARANG berhadiah sepasang cincin keberuntungan. Iklannya berbunyi demikian, "Bukan hanya rasa dan kenangan yang kami berikan, kali ini kami memberikan sepasang cincin keberuntungan saat anda menggigit kerenyahan KUE RANJANG TANGARANG.  Gigitlah dengan perlahan dan rasakan keuntungan serta keberuntungannya sekaligus. Anda dapat double keberuntungan : cincin dan tour perjalanan ke China selama dua minggu menjelang dan sesudah Tahun Baru IMLEK2562!!" "Mas, mau kueranjang ?. Kalau mau ini saya kasih buat kamu." Tiaw mengeluarkan KUE RANJANG dengan sikap kasar yang diterima dari kolega kantornya sembari menyodorkan ke Prihatin. "Loh, koko ngak mau ? kalau saya cukup merokok saja sudah kenyang koh. Buat Koko saja, pasti sedang lapar toh !" Prihatin menolak secara halus. "Tidak, saya sedang tidak nafsu makan. Selera makan saya hilang, rusak gara-gara rencana yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hujan yang ngak berhenti-berhenti. Akan saya komplitkan dengan tidak makan apapun sampai besok pagi. Makanlah KUE RANJANG ini, saya iklas memberinya" Tiaw meletakan di bangku halte. "Kamsia koh, jadi enggak enak nih, kebetulan saya sedang lapar. Saya makan sekarang ya koh ?" Prihatin mengambil kueranjang dan segera membuka. Sedangkan Tiaw hanya mengangguk dan berdehem sambil asyik memencet-mencet BBnya. Tiba-tiba saja sesuatu terjadi, Prihatin yang memakan kue ranjang dengan lahap,  sekejap matanya melotot dan tangannya memegangi lehernya. Tubuhnya kaku tapi bergetar-getar.  "Kenapa mas, kamu kelelekan kue ranjang ya ??" Tiaw panik melihat Prihatin sesenggukan seperti orang yang tidak bisa bernapas. "Kamu perlu air ??" diberinya air kemasan botol yang disimpan ditasnya. Secepat kilat menyambar, Prihatin meneguk habis tanpa sisa. Mukanya merah, kupingnya merah, matanya berair dan hidungnya mengeluarkan lendir. Tapi nampaknya ia sudah bisa bernafas normal lagi sambil mengembang kempiskan dadanya. "Koh, rasanya saya menelan sesuatu yang ada di kue ranjang ini.." sambil menunjukan sisa kue ranjang yang terjatuh di lantai halte. "Benar koh, saya tadi tidak mengunyah kue yang lembut ini, saat saya telan bulat-bulat rasanya ada benda keras yang menyangkut di kerongkongan saya, ingin saya keluarkan tapi tdk bisa. benar-benar sakit kerongkongan saya sekarang ini." Prihatin masih merasa mual dan sekarang memegangi perutnya. "Oh my God !!!!, Tiaw memegangi kepalanya dan menjambak rambutnya sendiri. Seketika ia memberhentikan Taxi yang berjalan lambat karena genangan air yang meninggi di sekitar halte kecil itu. _+_+_+_+_+ Dengan baju yang agak basah, Tiaw berdiri di depan ruang rontgen. Dia sedang menunggu Prihatin yang sedang di melakukan foto rontgen sehubungan dengan kejadian di halte beberapa jam yang lalu. Lima belas menit kemudian Prihatin tersenyum-senyum sendirian sambil memegang amplop coklat. "Koh, positip !!! Benda itu ada di dalam perutku. Kata dokter perlu waktu sekitar 1 x 24 jam utk menunggunya keluar secara alami. He he he.." Terkekeh dengan memamerkan gigi kuningnya kali ini, membuat Tiaw ikut terkekeh juga. "Yes !!! Thank You God !!!!" Teriak Tiaw tak sadar dilihat oleh pasien-pasien lain serta pengantarnya yang sedang antri di ruang tunggu. "Ups, maaf bapak-ibu.... untuk ketidaknyamanan barusan! Hayo Tin, kita keluar dari sini !!" Tiaw menggandeng Prihatin seperti seorang kekasih, sambil seringkali berteriak "Yes !!! Yess!!! Yess!!!!!" "Hayo Tin, makan yang banyak ya, habiskan semua makanan ini kalau kamu bisa. Setelah ini kita akan segera ke hotel berbintang lima seperti yang kau idam-idamkan selama ini. Aku akan menjadi pengawalmu yang baik, asal ingat baik-baik ya. Kau harus mengeluarkan cincin itu dengan mulus. Oke ??" Kali ini Prihatin yang menjawab dengan mengangguk sambil mengunyah makanan nasi Padang yang terhidang  dihadapannya dalam belasan piring-piring kecil. _+_+_+_+_+_+_+_+ Pucuk dicinta ulam pun tiba. Prihatin dengan pakaian barunya sedang berbaring di kasur empuk berspreikan kain lembut yang wangi, sambil menonton saluran TV kabel dengan tertawa terkial-kial, sesekali dengan menhentak-hentakan kaki. Sementara Tiaw berusaha untuk tidur dengan membenamkan kepalanya menggunakan bantal-bantal putih. Keesokan harinya, Tiaw benar-benar menjadi pengawal setia dari boss barunya. Diawali dengan makan pagi yang menjadi layanan hotel. Rasanya perut boss Prihatin kembali kosong, karena pagi itu kembali ia melahap banyak sekali hidangan prasmanan hotel. "Tin, kamu belum buang air besar kan ?" Rasanya setiap 2 jam Tiaw menanyakannya pertanyaan yang sama kepada Prihatin. Setelah breakfast dilanjutkan dengan berenang di kolam yang hari itu banyak cewek bulenya. Widih serasa mimpi Prihatin berada di sana.  Setelah itu ia juga menggunakan fasilitas fitness centre hotel. Banyak tamu yang berpakaian sexy yang membuat Prihatin betah berlama-lama disana, ini bertolak belakang dengan Tiaw yang mengintili kemanapun Prihatin pergi. Sekarang sudah pukul 21.00, tepat 24 jam sudah sejak accident di halte kecil kemarin. Tetapi belum ada tanda-tanda perut mulas dari Prihatin. Kembali ia tertawa terkial-kial menyaksikan film kartoon lama Tom & Jerry. "Oh no....sampai berapa lama lagi nih ??" Tiaw mulai menarik narik rambutnya lagi. Mungkin dia memang bergaya seperti itu kalau sedang panik. Dua jam kemudian, saat yang ditunggu itu pun tiba. Bagaikan seorang suami yang menunggui proses lahiran istrinya, Tiaw berjalan hilir mudik di dalam kamar hotel yang tak luas itu. Saat pintu dibuka, segera dia melaju ke Prihatin. "Bagaimana Tin, berhasil ??" Dengan sikap yang sama seperti sebelumnya, Prihatin mesem tapi kali ini dengan tidak menampakan gigi kuningnya lagi. Dia hanya menunjukan dua jarinya ke arah Tiaw. "Maksudmu apa Tin ? ada dua ??" Prihatin menggeleng. Kali ini tangan yang satunya lagi menunjuk nunjuk ke segala ruangan hotel dengan angka dua yang tetap diacung-acungkan ke arah Tiaw. Kali ini dengan ditambahi lompatan-lompatan kangguru. Karuan saja signal ini ditangkap oleh Tiaw sambil ikut lompat-lompatan juga. Mereka saling berpegangan sambil melompat-lompat. Sesaat Prihatin diam bagai patung, lalu nyengir sambil menunjukan gigi kuningnya yang sedang menggigit sebuah cincin yang berkilau-kilauan. "Yes, You are my brother now !!!!!" Tiaw berteriak keras, mungkin bisa terdengar sampai radius 2 kilometer, untung saja alarm hotel tidak dibuatnya berbunyi. "Oke my brother!! 2 hari lagi engakau extend di hotel ini, akan kupenuhi. Bahkan 2 x duahari. Sehingga jadi empat hari. Karna apa  my brother ? Pasangan cincin yang lain sudah jadi miliknya Meilan. Ho ho ho........Bagaimana aku tidak senang. Ha ha ha bukan saja bakso yang akan kita nikmati Meilanku sayang, tapi tour bersama mengelilingi China selama dua minggu......ho ho ho terimakasih KUE RANJANG TANGARANG. I LOP U FULL....kedua lelaki muda itu terkial-kial tertawa sambil melompat lompat mirip gerakan Barongsai yang menelan banyak ang pao...... GONG XI FAT CAI .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun