Di negeri yang kaya akan sumber daya alam, tetapi takkan lepas dari sebuah bencana dari negeri, akan pasti yang namanya pemerintahan akan mengupayakan yang terbaik untuk negeri tercintanya, sama halnya dengan yang ada di kapubaten lumajang yang terkena imbas dari hiperinflasi kala itu, sehingga wargapun kebingungan ekospor dipersulit harga bahan baku naik. Â Â
Pada Era orde lama bahan baku naik otomatis ekspor juga naik apalagi di lumajang sendiri tepatnya didesa pulo rata-rata pekerjaan orang-orang adalah pengrajin emas yang bahan utamanya diekspor dari luar lumajang kala itu harga emas melambung sangat tinggi, berbanding terbalik dengan permintaan yang sangat tinggi yang membuat pengrajin waktu itu kebinggungan dan sebagian ada yang berpindah profesi dari pengrajin ke yang lainnya dikarenakan barang dan jasa sangat mahal indonesia mengalami inflasi hingga 635% pada tahun 1960an (Haryati & Haryati,2014 hlm.395 ) Â Â Hiperinflasi pada tahun 1965 sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan dan keberlangsungan hidup angka kemiskinan, stanting, ketimpangan sosial, pencurian, dan kejahatan lainnya meningkat inflasi dilumajang yang memenggrahi harga emas disebabkan oleh keinginan atas barang-barang, dan permintaan barang lebih besar dari ketersediaan. inflasi yang tak terkendali disebut hiperinflasi (buku inlfasi ,2023:2)
selain menjadi pengrajin penduduk desa pulo adalah petani dampak dari hiperinlfasi meningkatnya harga pangan seperti beras, jagung masyarakat kalangan bawah sendiri kesulitan untuk membeli pangan karena gaji mereka tidak sebanding dengan persentase inflasi yang melanda dengan pendapatan mereka sehingga tidak mampuan membeli barang pokok masyarakat desa pulo waktu itu, dilanda kelaparan dari anak kecil, orang dewasa dan remaja bertahan hidup dengan sesuap nasi.
hiperlinflasi ini juga dipengaruhi oleh devaluasi yang dilakukan orde lama di indonesia berkisar antara tahun 1963-1965, soekarno selaku presiden bangsa indonesia mencetak rupiah untuk membayar hutang yang ada untuk mengendalikan inflasi yang sangat parah tersebut. dengan mengubah sebuah nilai mata uang dari Rp.1000 menjadi Rp.1 tetapi tidak didukungnya kondisi sehingga berdampak pada laju inflasi yang ada jumlah uang pun meningkat yang disebabkan satu kesalahan fatal ini dan memicu hiperinlfasi sehingga membuat masyarakat terkena imbasnya. Â Â Â Â Â "Berfikirlah Secara mandiri dan independen jangan pernah terjebak dengan prasangka yang buruk. karena tidak ada yang bisa menggantikan sebuah pengalaman langsung, dan ketika apa yang kita lihat dengan sendirinya itulah yang benar"
Sumber:Â
Astiyah, 2009, inflasi. Jakarta: Bank IndonesiaÂ
Adwin & Atmadja, 1999. INFLASI DI INDONESIA : SUMBER-SUMBER PENYEBAB DAN PENGENDALIANNYA. Jurnal Akuntasi dan Keuangan, 1(1), pp. 58-61.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H