Rizal De Loesie
Kabut senja yang mengintip,
Gigil rindu dalam kalbu
Aku pulang, mencari jejak kenangan,
Namun kampung halaman telah berubah
dalam gemuruh waktu yang tak  henti.
Dulu, sawah hijau berbisik lembut,
Kini gedung-gedung bisu, menjulang angkuh,
sungai kecil yang mengalir tenang,
Kini airnya keruh, penuh bayang masa lalu
Langit biru  dulu menaungi hari-hariku,
Kini penuh asap dan bayangan kelabu,
Pepohonan tempat burung-burung bernyanyi,
Telah tumbang, ditumbuhi jalanan berdengung sepi.
Rindu ini menggelayut dalam dada,
Mengurai luka pada kenangan tersisa,
Setiap sudut desa  dulu kucintai,
Kini menjelma tempat tak lagi kukenali.
Dimana suara ibu memanggil dari dapur?
Aroma kue tradisi yang menerpa hidung,
Telah hilang, tersembunyi di dinding modernitas,
Dan aku, terjebak di antara rindu dan realitas.
Aku ingin pulang, kembali ke masa itu,
Namun kampung halaman tak lagi sama,
Di antara deru mesin dan langkah-langkah tergesa,
Aku menyadari, rindu ini tak pernah terpuaskan.
Babakan Ciparay, 12 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H