kugambar wajahmu di daunan yang kerontang
guratan nasib terpahat garis bibirmu
belulangmu tak sekuat dulu
memanggul beban hidup
sepanjang jalan itu
kini mari kita baringkan nasib,
menunggu tungku membakar semua kesah
dari segala bentuh tabah
hangatkan saja se cangkir kopi
pengusir sepi
di sini kutulis diksi-diksi menjadi puisi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!