Langit biru bergaun putih
Pawana menggiring gerincing daun, pucuknya embun
Lembut bercermin bola matamu.
Katamu, "langitlah yang paling setia".
*
Kunikmati cumbuan angin di rambut, mata dan telinga.
Kudengar bisikmu mengabarkan kata, entah...
Sulit menyisihkan desir dadaku atau getar nadimu
*
Langit kian berselimut sahdu,
Seakan membawa gigil di jemari yang bertaut
Sementara gemuruh di dadaku mencipta bait-bait
tak sampai
*
Bola matamu berkaca langit,
Perlahan embun tumbuh, berkilau nyala api dadaku
Katamu lagi, "tuliskan aku sebait saja puisi di langit itu
Akan kubaca sepanjang hidupku"
*
Pada langit, pawana melengkung awan.
Bait puisi ku tak akan hilang,
karena, kau telah ajari aku merasakan kehilangan,
Pun puisi menyaru segenap astu,
Tiap bait doa kini penyangga tiang pusara
Selamat jalan kekasih....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI