Malam menganga, kucoba membalut kabut di atas jendela
Penuh kata-kata yang meneteskan hujan.
Luruhkan satu-satu ingatan kepalsuan dan ingatan itu
Satu-satunya kebenaran yang disembunyikan
Haruskah melangkah dan mundur teratur
Bersebab kalimat- Â menjelma kalimah
Paling sahdu menundukkan tiap jengkal masa
Tiap tingkungan yang dijaga ratusan duri
Pada syair menjadikan malam, kepulan awan tercipta
Membalas cinta kasih se cangkir kopi
Dan engkau ataupun entah siapa-siapa yang kucari
Dalam diriku,
Hanya hakekat dan tirakat kepada pencipta semesta
Dia ada, Dia yang maha segala
Malam berisik menjemput selempang fajar
Dari sayap-sayap malaikat
Mungkin sayap bidadari  nanar dalam mimpi
Atau kau impi, bersebab nyata dan maya hanyalah kata
Pada semesta semua penuh rekayasa,
Aku hanya bertanya pada diriku,
Menuju Tuhanku
Casa de Esta, Antapani Bandung
Akhir Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H