Angin meniup kencang, tiang warung kopi tepi jalan juga goyang
Seperti langkahku di tebing-tebing asa yang hilang
Daun ilalang senandungkan lagu yang begitu purba
Dari hati manusia, dari jiwa manusia
Dan juga tidak ada yang dibanggakan diri
Debu telah mengumpat antara hirup nafas
Kita yang  selalu menyisih dari tiap jengkal masalah
Semesta menyatukan apa pun yang harus engkau terima
Ada rasa takut,
Merpati terbang diangkasa dengan sayap-sayap cinta
Entah patah di mana,
Di sini. Atau angin memiuhkan kata-kata candala
Membuatmu tersungkur di hunus sangkur
Dari keperihannya sendiri
Lalu engkau akan berkaca melihat semu
Betapa sulit memilah memisahkan cinta atau nafsu
Angin merendah, merenda kenangan demi kenangan
Menyesatkan lagi langkahmu atau kau tikam jejak
Mulai berbenah, berkemas ke dermaga
Menyambut alunan ombak dan derai pasir putih
Menikmati tiap deburnya sebagai harapan-harapan
Sebagai manik yang pernah merupa air mata
Bagaimana engkau balut tiap luka batin
Bukan perkara takdir, bukan perihal nasib
Tuhan memberi sesuai yang apa yang di semai
Dan semua  rasa sakit bermuasal dari hati,
maka kepada semesta raya, berdamai dan memaafkan
Dalam bingkai kasih sayang
Bandung, 2021