Kuasuh semesta pada puing se cuil jiwa
Agar dia tumbuh jua antara rinai airmata
Penghujung hari nan lelah menyerah
Atas segala tabah dan kisah yang tak henti berderai
kian murung menjenguk jendela masa
Antara puingnya kini ditumbuhi serpihan asa
Kuasuh redup bulan antara lantunan syair malam
Menyusuri daunan aglonema red Sumatra
Kutunggui merahmu membara di dada
Kuharap helai ke helai waktu yang tersia
Kukatakan saja, wahai angin
Yang singgah antara pias luka, maka harusnya
singgahi benih harapan kembali di atas tanah-tanah rekah
Lalu, doa yang kian deras itu menyirami tiap detak waktu
Begitu semesta mengisi ruang-ruang hati yang kelu
Selembar malam paling sahdu, bertabur butiran tasbih
Hati tak henti mengucap nama tuhan
Untuk segala kekalahan dan kelalaian
Dan mekarkan daun syairku dari akar ke pucuk
Dalam puisi-puisi indah semesta
Bandung, Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H