Telingaku kian tumpul antara jeritan dan ancaman
Antara tangisan, dan puisi-puisi cinta
Dalam irama pembenaran atau salah
Dunia kian kuasa di atas panggung opera
Langkahku mungkin ragu-ragu menjaga lidah dan tanganku
Menulis tak lagi mengalirkan air-air jernih ke muara
Kecuali alir darah dan air mata,
Penghujung malam paling sahdu, Ya, Tuhanku
Dengarlah lirih pohonan, angin, laut, semesta yang kecut
Aku menyaksikan luas ladang-ladang yang harusnya
Di tumbuhi kasih sayang,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!