Senja perlahan jatuh di kening Asih, ronanya menyusuri sepasang alis lengkung yang manis. Bening embun disepasang mata bening mengilau pada pucuk cahaya. Terbias dihamparan aliran sungai. Mengikuti aliran yang teramat tenang membasuh segenap punggung bebatuan. Gemericiknya lantunkan sahdu puisi yang terbait kasmaran. Pelepah senja menguning cahaya, awan berarak amat perlahan. Tersisa benih awan memutih di ujung ranting.
Tepi sungai yang damai, menuai senja demi helai senja. Sudah senja kesekian ratus. Senja tetaplah manja, seperti helai rambut yang jatuh di wajah mungil Asih,. Pada wajah yang tergurat cahaya tulus dan penantian dalam balutan gaun kesabaran.
Aroma anyelir sayup menguar antara getar dan getir. Iallang melintasi kenangan demi kenangan. Hanya sebuah bangku berpenghuni pengulum sepi. Asih duduk menatap aliran sungai yang melantunkan irama jiwanya. Terbias wajah Yuda antara riuh buih di bebatuan. Batu yang menjadi tugu batas ingatan untuk mengikis tiap helai rindu yang terdera. Bila malam dalam kemurnian sunyi menjelma segala wujud yang tak bisa disentuh.
Asih tahu pasti. Yuda sesungguhnya adalah kepergian yang tak pernah berangkat. Kehilangan yang tak pernah hapus.
**
TERMINAL
Kesibukan terminal siang itu tak bisa mengalihkan pikiran dan perasaan hampa Asih mengantar keberangkatan Yuda. Kekasih belahan jiwa, sepenggal napas Asih seakan terhenti. Detak jantungnya tak karuan lagi. Mungin perihal hati yang harus terbelah. Kepergian Yuda untuk ditugaskan ke pedalaman Sumatera membuat guratan tak menentu mengarsir harapan dan asa Asih. Di balik itu semua Asih sebagai wanita yang taat kepada tuhan menyadari sesungguhnya bahwa apa pun yang terjadi adalah kehendak Nya. Manusia hanya menjalani tiap rencana tuhan. Tak ada yang mampu menolak takdir. Hanya keikhlasan adalah keimanan bertuhan. Asih wanita solehah. Yuda permata hati dengan semua kelebihan dan kekurangannya adalah bayang-bayang kesetiaan menjalani kebersamaan dalam jalinan cinta kasih.
Siang ini Yuda harus berangkat menuju Jakarta, selanjutnya dari Jakarta bersama teman-temannya akan terbang ke Sumatera. Seakan kota Garut akan menjadi sepi, walau satu orang yang akan meninggalkannya.
Yuda sebagai seorang relawan. Relawan perlindungan hutan dan satwa. Yuda sangat menyukai alam dan mengadikan dirinya dalam komunitas perlindungan alam dan satwa di bawah salah satu organisasi internasional. Pemuda sederhana bertubuh atletis itu yang masuk keluar hutan dengan berbagai rintangan tetaplah seorang lelaki berhati lembut. Penyayang dan sangat perhatian. Perhatian dan kasih sayangnya telah membius asih melepaskan sayap hatinya tersandar di dada Yuda.
Hubungan keduanya sudah direstui keluarga. Asih dan Yuda sebenarnya sudah kenal sejak masa kanak-kanak, berasalh dari desa yang sama. Bermain bersama sampai mereka melanjutkan pendidikan menengah di kota yang berbeda. Yuda lebih tua 2 tahun dari Asih. Setelah tamat SMP di Kampung Yuda melanjutkan pendidikan di Bogor sampai menamatkan S1 nya di IPB. Sementara Asih sekolah sampai SMA di kampung, dan melanjutkan pendidikannya di UPI Bandung menempuh pendidikan guru Sekolah Dasar. Guru adalah cita-cita Asih sejak kecil, dan dia ingin seklai menjadi seorang sosok guru yang mengayomi siswa. Sangat cocok dengan figur Asih yang lembut keibuan. Menjadi guru sangat mulia, berada ditengah siswanya adalah kebahagiaan tersendiri dari Asih. WAlau saat ini Asih belum mendapat kesempatan untuk menjadi PNS, tetapi menjadi guru apapun statusnya sudah membuat Asih bahagia.