: Kepada langit
Harus kusampaikan kepadamu setetes darah ini
Adalah luka yang takpernah mengenal tawar
Kutitipkan agar rembulan di sampingmu cukup bahagia
Atas segalanya
Luka yang disembunyikan karena ketidakberdayaan
Bagai serpih jelaga yang menghalangi pandangan
: menjadi racun udara
Ketidak sempurnaan yang dicatat berulang kali
Menjadikan bilur-bilur tak mungkin lagi sempat
Kubasuh
Jika pun suatu saat masih ada kata rindu antara desau angin
: pembawa khabar basa-basi itu
Aku telah menamatkan beribu bab tentang keping waktu
Tiap kali aku berharap
: Kepada air,
Engkau mengalir mengikut takdir, seperti aku belajar
Pada hakekat semesta. Tak ada yang bisa dipaksa
Merupalah bagi sesama untuk berarti
Jangan biarkan semesta meminta hujan berulang kali
Engkaulah lebih paham. Karema nurani
Adalah sumpena kearifan hakiki
: Angin dan dedaunan adalah pasangan mengurai perpisahan
Tetapi kelembutan mengajarkan perpisahan tidak mencipta air mata
Rasa sakit dibuai oleh ke ikhlasan yang diajarkan semesta
Tanah dengan kesabaran senantiasa menampung segala apa saja,
Yang tak lagi kokoh. Rebah
Berselimut embun
Dan tanah menyimpan semua rahasia diam-diam
Bandung, April 2020
oleh Rizal De Loesie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H