Aku hafal benar dengan angin,
Aromanya, warna dan tabiatnya
Bersebab dianya senantiasa ada
Walau dalam ketiadaan
Kedangkalan pikiran. Rasa
Dan pengharapan
Di jejaknya lambai jiwaku dan
Memancang tanda-tanda
Meruap pada dinding dengan lukisan rupa
Aku hafal benar riuhnya hentikan geloraku
Bersenandung pita suara pecah di ujung malam
Aku hafal benar aroma angin menutup pintu yang kuketuk berulang
Di hari kelahiran
ketika angin mengutuk di telinga saat impit hidup telah menyesak
Aku hafal benar liukan angin pada ilalang menumpahkan inspirasiku di ladang puisi
Seperti aku mengenal benar diriku penuh sukatan ketidak sempurnaan
Dan aku benar paham rasanya di lamun angin,
Yang merontokkan bulu mata menatap cakrawala
Tempat kusandarkan do'a
Dan angin benar-benar terlalu dekat di jendela
Membawa rinai,
Dan angin yang telah merahimkan syair-syair
Karena aku tak akan berkidung
Karena tandan duka bersenandung angin*)
Bandung, Maret 2020
*) judul puisiku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H