Saban hari
hampir tiap kutukan waktu
kutemukan kata-kata
di bibir sumur
yang airnya tak ada lagi
*
Dan segelemang senja nan pudar
cahaya lampu jalan nan angkuh
merayu laron-laron kalimat Â
memasamkan segenap asa menjadi ruah
*
Pada cahaya kusimpan selendang apsara
dengan dinding tak bergema
karena aku hanya mampu, mengukir permata
di jemari terlunta
menjadikan syair-syair lahir
merupa do'a
*
Dan bersebab kata, bersebab dian
serbuk api menjalari nadi
terpadamkan hati, hati nurani
Bandung, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H