Setampuk hujan membelit rindu ilalang,
di tebing lengang ini kekasih
Setelah musim pilu menghilang di cadas waktu
kau tinggalkan puing reranting puisi
Mungkin itu rasa sayang keterasingan kekasih
Hingga degup rindu menjelma bayangan lindap
Akulah yang terbelit dalam belenggu rindu
Sepanjang tebing-tebing kata
Yang kurangkai bersama dedaunan kering
Karena sesungguhnya, kekasih,
Aku bersandar pada kehampaan mimpi
Dalam bait sajak setelah jejak kakimu
terhapus hujan,
kini aku menyusuri sungai dan lembah sepi,
antara rona purnama wajahmu
yang terhalang awan,
pun cahaya hatiku telah lama menua
tetap kurindui setampuk hujan,
karena aku tahu rahasia hujan
tak menyerah jatuh berkali-kali
Bandung, Â Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H