Mohon tunggu...
Rizal De Loesie
Rizal De Loesie Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Lelaki Penyuka Senja

Rizal De Loesie, Terkadang Rizal De Nasution dari Nama asli Yufrizal mengalir darah Minang dan Tapanuli. Seorang Lelaki yang sering tersesat di rimba kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Yang Kutemukan di Dermaga

5 Februari 2019   15:07 Diperbarui: 5 Februari 2019   15:30 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ku duduki bangku ini. Kucari cercah  cahaya  tersisa

Tersua dingin dan beku malam dengan temaram tak bertuan.

Entah kesekian rajut hayal aku datangi pondok dan taman ini.

Seperti dulu kita temui.

Mengurai segala cerita dan kisah siang yang lengang.

Bukan tentang dirimu  berparas rembulan, satu bintangpun tiada mekar

Kucari-cari raut wajahmu di awan yang bergerak perlahan,

Mungkin kemalasan dan beban telah membuatnya begitu lamban.

Aku tak muda lagi, saat pertama mengaitkan jemari di jemarimu

Membisikkan berjuta kata rayu yang ku kutip dari buku puisi,

Tiada lagi desir angin malam selembut nafasmu dirangkulan,

Daun kering jatuh menerpa wajahku, tapi bukan gerai rambutmu

Kususuri jalanan dan gang, mencari huruf-huruf namamu jika ada yang tinggal

Sebagai tanda ada mu di hamparan bumi dan mimpi

Sementara langkahku kian letih.

Kopi ini tak berasa lagi, aroma wangi nafasmu meniupnya saat panas

Aku buru-buru menghirupnya seperti aku tak pernah sabar mengecup keningmu

Menyatukan empat lengan kita di bawah tabir rembulan.

Jika  engkau merupa langit, sedang aku menjadi batuan dan tertanam di bumi

Sebuah sajak begitu panjang yang kujadikan sebuah buku

Namun engkau tak kan pernah sempat  membacanya.

Engkau telah menguap bagai  kepul asap terakhir rokok ku, setelah itu aku harus kembali dalam kesadaran utuh

Karena kehilangan dan mimpi adalah keindahan untuk dilukiskan dalam rajutan kata

Aku akan selalu datang menduduki bangku ini, sebagai saksi panjangnya hari tanpa dirimu.

Sesekali melintas ibu-ibu muda, tetapi bukan kamu. Karena kau tak pernah sempat jadi ibu

Kau keremajaan yang sempurna dalam balutan angin senja. Yang kutemukan di dermaga seiring hempasan ombak, seiring celupan camar. Dan aku sadar dalam kelaki-lakianku yang sempurna

Sudut negeri dalam mimpi, 2019

Selamat Imlek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun