kopi hitam lebat gulita, beralas  ketabahan takdir
terhempas detak waktu menjadi deret angka almanak
selama itu pahit  getirnya melumat ujung lidah,
mencakar-cakar gula dan riak air, gulalah kalah
**
lalu, semburat cahaya di celah gunduk bukit itu
ada bebatuan rebah, ujungnya tajam
menembus labirin  kasih
terhempas dia menyusup dalam cerug sunyi
membalut tapak langkah
**
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!