Melukis dalam garis kerut keningnya, satu persatu bulu yang runtuh
Pada sayap kenangan,
Jejak telapak dan rajam kata yang selalu dihirupnya,
Sepanjang perjalanan itu, manik-manik rindu kecut, cinta yang rurut
Pada ketiaadaan menumpangkan salah dan dosa
Dia hanyalah dedaunan yang di tadah angin.
**
Kini, tak segemingpun derak hatinya, perlahan nafas  memanjang,
Menghirup semesta, membuang nelangsa. Meraba titik aura
Menjelma menjadi roh-roh pada tali kundalini,
Memanggang kebekuan-kebekuan dupa hidupnya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!