Lelaki itu, sederhana dan penghiba
Badannya biasa saja, duduk seperti biasa di dekat jendela
Halamannya ada melati, kenanga dan kemboja,
Yang nanti dia tanam juga di pusara,
Bekas rintik hujan sore, masih menggulir bening di denaunan
Jatuh satu persatu ke dalam remuk jiwanya, dari rajah-rajah luka
Tersimpan menjadi hitam awan yang mencumbu hujan,
Hujan ini dia mimpikan, bila petang menghirup secangkir kopi
Yang dia tating sendiri ....
**
Piuh-piuh senja akan datang seiring burung camar, kenang pada laut
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!