Cangkang malam lepas di dendang lengang
Penjuang menerawang, langit  Bandung berkidung mendung,
di tanah Pasundan Tatar Sunda berbudaya,
di ukir jejak langkah letih tanpa perih, di tangannya angan,Â
di pelupuk mata harap, di bibirnya kata merangkai,
Kesah menjadi bait, Â asa menjai doa ...
*
Jiwa -- jiwa yang berlabuh di kolong langit,
Jika pun sejenak, izinkan sajak tumpah di lembah,
Sajak melata di bibir cangkir, kata menjadi jiwa,Â
Jangan pernah  tersesat, tandai puncak "Punclut"
Sulutlah jampi hati membakar jiwa,
Berjalan dengan nurani, berakar pada negeri
*
Lalu, pujangga terjaga, jelaga di matanya,
Adalah embun turun mengayun,Â
Sesudut kemurnian membasuh lusuh
Pada dedaun fajar untuk terus belajar,
Pada bait-bait senja dan cakrawala, telah terpahat
Disini, bumiku, di sini negeriku .....
*** Coblong... Juli 2017*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H