Terkadang iri ku kepada bulan,
Indah mengantung pucuk rayu kasmaran,
Dalam pujaan syair cinta kahlil Gibran.
Di bawahnya kasih terpadu, dalam larut
Kemesraan.
**
Kadang aku ingin berjalan di nyala api,
Membakar bulu-bulu ketakutanku sendiri.
Menyusuri tiap duri ……
Di hariban hati ku yang kian beku,
Membarakan keganasan ambisi
**
Lalu, rasa takut berajut susut,
Telah ditandai seufuk rona senja,
Sapanya redamkan gelora, ketika,
Kata bertaut madah pengiring tabah
Selayak jubah malaikat mendekat,
Lalu kata menjadi bisu ….
**
Heninglah pusara pujangga, mawar cinta ;
Manakah yang pernah dia tanamkan,
Esokpun menjadi kamboja di telapak meja
Dalam catatan yang tiada dimengerti
Karena hidup sungguh misteri ………….
Punclut, Bandung, Maret 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI