Mohon tunggu...
YUFEN LORENS ATI
YUFEN LORENS ATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana-FKKMK UGM

Saya Yufen Lorens Ati, seorang lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Nusa Tenggara Timur. Saya memiliki kepribadian yang tenang dan mudah beradaptasi dalam berbagai situasi. Hobi saya adalah menyanyi, dan saya memiliki minat yang besar pada topik-topik yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan masyarakat. Dengan latar belakang pendidikan dan minat saya, saya berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam bidang ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Planet Plastik: Kota Yogyakarta Terancam Jadi Lautan Sampah Plastik Akibat Kantong Plastik Sekali Pakai

5 September 2024   12:15 Diperbarui: 17 September 2024   23:22 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Bumi tahun ini, tema "Planet vs Plastik" bukan lagi sekadar slogan. Di Kota Yogyakarta, ancaman penggunaan kantong plastik sekali pakai semakin nyata. Kebiasaan sehari-hari yang tampak sederhana, seperti menerima kantong plastik saat berbelanja di pasar atau minimarket, kita sebenarnya berkontribusi menjadikan Kota Yogyakarta sebagai planet plastik.

Menurut laporan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2023, di Kota Yogyakarta, lebih dari setengah sampah berasal dari pasar, yaitu sebesar 51,95%, dan 27,94% dari sampah tersebut adalah plastik. Berarti hampir sepertiga sampah di Kota Yogyakarta adalah plastik yang sulit terurai dan berpotensi mencemari lingkungan selama ratusan tahun. 

Salah satu penyumbang sampah plastik di Kota Yogyakarta adalah Pasar Demangan. Hasil survei lapangan pada Kamis, 5 September 2024 menemukan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan kantong plastik sekali pakai sebagai media untuk menyimpan belanjaan mereka. Sedangkan yang menggunakan tas belanjaan yang dibawa dari rumah mereka bisa dihitung dengan jari.

Foto Pribadi (Primer)-Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai Oleh Pengunjung Pasar (5/9/24)
Foto Pribadi (Primer)-Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai Oleh Pengunjung Pasar (5/9/24)
Kota Yogyakarta yang dikenal dengan keindahan budayanya kini menghadapi ancaman serius. Tumpukan sampah plastik yang terus bertambah dapat merusak citra kota sekaligus mengancam kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Jika masalah ini terus dibiarkan, Kota Yogyakarta bisa menjadi satu planet plastik kecil dengan lautan sampah yang mengotori jalanan, sungai, dan bahkan udara yang kita hirup.

Foto Pribadi (Primer)-Petugas Kebersihan Pasar Demangan Kota Yogyakarta (5/9/24)
Foto Pribadi (Primer)-Petugas Kebersihan Pasar Demangan Kota Yogyakarta (5/9/24)

Tutur salah seorang Petugas kebersihan di Pasar Demangan "Saya setiap hari harus membersihkan 2 kali per hari pagi sama sore. Sama seperti yang dilihat, paling banyak itu sampah plastiknya. Kalau tidak dibersihkan terus menerus maka di jalanan akan dipenuhi sampah plastik, kadang juga sampah akan beterbangan".

"Sampah di sini biasanya dikumpulkan, jika ada botol plastik itu biasanya saya pilah. Tapi kalau kantong plastik biasanya ada petugas yang ambil terus dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir. Kalau sudah diambil oleh petugas, saya tidak tahu lagi, sampahnya diapakan", ujar Petugas tersebut (5/9/2024).

Kita sudah melihat dampaknya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, yang sudah penuh dan harus ditutup pada tanggal 5 Mei 2024 karena tidak bisa menampung lebih banyak sampah. Tanpa adanya tempat untuk membuang sampah plastik yang terus bertambah, tumpukan sampah bisa terlihat di mana-mana, dari pinggir jalan hingga sungai.

Apalagi sekarang Sistem Pengelolaan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah dikembalikan kepada pemerintah Kota/Kabupaten masing-masing. Tentu jika tidak dibatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai dapat menciptakan penumpukan sampah dimana-mana.

Mengapa Plastik Berbahaya dan harus dibatasi penggunaannya?

Bayangkan plastik yang kita gunakan seperti setitik tinta yang jatuh ke dalam segelas air jernih. Pada awalnya, setitik tinta itu tampak tidak berbahaya, nyaris tak terlihat. Namun, seiring dengan bertambahnya titik-titik tinta yang lain, air yang tadinya jernih lambat laun menjadi keruh, berubah warna, dan tak lagi layak untuk diminum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun