Mohon tunggu...
Yuestika Kerenhapukh
Yuestika Kerenhapukh Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

international relations student. curious by nature, often found sitting in front of a laptop, surrounded by dog fur. (views expressed here are my personal opinion)

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Why "Avatar: The Last Airbender" is Such A Good Show!

11 Maret 2020   21:57 Diperbarui: 15 Maret 2020   02:56 2861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit: http://www.multiversitycomics.com/

Yall wanna talk about Women's History Month but won't talk about the numerous feminist icons on Nickelodeon's: Avatar the Last Airbender. Can't take yall seriously at ALL.

Kalau kamu  belum pernah menonton Avatar: The Last Airbender maka kamu udah 15 years behind on a show yang mana serial ini tuh bisa jadi puncak dari repertoar kartun masa kecil kalian. 

ATLA, sebagai penggemar yang paling sering menyebutnya, adalah serial kartun tentang seorang anak laki-laki bernama Aang, bison terbangnya, lemur-kelelawar, dan kipas luncur layang dalam sebuah petualangan untuk menjelajahi dunia dan pencarian diri. penemuan.  Ding, i'm just  joking.

Jadi kartun ini tuh bercerita tentang seorang bocah laki-laki berumur dua belas tahun bernama Aang, tetapi sebenarnya usia asli dia itu sudah jauh lebih dari yang tadi disebutkan, self-identity tale. 

Dan kartun ini sebenenarnya penuh dengan ambiguitas moral, villain digambarkan sebagai manusia (selain emang karakter ini memang jahat, yang murni jahat membawa terorisme warisannya), narasi penjajah/penakluk memiliki keberadaan sejarah yang akrab, dan topik genosida yang dieksplorasi melalui pembantaian seluruh Airbender(s), dan semuanya berubah ketika para perempuan di serial ini menyerang.  

I am disappointedly shaking my head if you don’t know why that line is so pinnacle. 

Anyway, ada banyak karakter berkualitas tinggi di ATLA universe, tapi hari ini adalah tentang perempuan dan their feminist regime. 

Para karakter perempuan ini hadir dengan beragam dalam latar belakang, kemampuan, pendidikan, dan afiliasi dalam perang yang sedang berlangsung selama satu abad dan sedang berkecamuk di sekitar mereka.

Pertama, ada Katara yang berusia 14 tahun. Karena rumahnya, Suku Air Selatan, sedang diserang oleh armada Negara Api, Katara merupakan waterbender satu-satunya yang tersisa di belahan dunia Selatan. 

Setelah perjalanan panjang ke Suku Air Utara dengan harapan menemukan waterbending lainnya yaitu Master Paku untuk mengajarinya.

credit: http://audreymgonzalez.com/
credit: http://audreymgonzalez.com/

Namun yang Katara temukan adalah seksisme yang udah tidak asing dengan realita yang kita hadapi. 

Paku memberitahunya bahwa seluruh perempuan dari Suku Air Utara tidak diperbolehkan untuk mempelajari teknik-teknik combative bending, sebaliknya, mereka cuma berlatih dalam seni pengobatan waterbending. 

Katara akhirnya berkata bahwa tradisi adalah musuh dari kemajuan dan bahwa dalam perang, semua orang yang berkemampuan dan berkeinginan harus belajar untuk bertarung, jadi dia mengambil alih pertempuran budaya ini; dia menantang Master Paku. 

Kurangnya pelatihan menyebabkan Katara kalah dalam pertarungan, tapi tekadnya kuat buat menghormati meyakinkan Master Paku untuk menjadikannya sebagai murid. 

Dalam hitungan hari, Katara menaiki jajaran kelas dan dianugerahi gelar Master Katara. Katara adalah suffragette dari ATLA universe; Kesetaraan gender feminisme gelombang pertama adalah yang teratas dalam daftar saat ia mano-y-"wo"mano atau berduel secara langsung dengan waterbending Master yang berusia 60 tahun. 

Dalam hal ini karakternya juga mewakili keyakinan feminis liberal gelombang kedua bahwa perempuan itu bukan sekadar care-takers and nurturers secara alamiah. 

Dalam seri Katara memang memanfaatkan pelatihan penyembuhannya, tetapi berkelahi selalu menjadi keterampilan utamanya. Dalam perang, dia sangat penting bagi timnya saat berjuang untuk mengakhiri tirani yang terjadi selama satu abad.

Jika menentang figur otoritatif adalah apa yang kamu sukai, maka Toph Beifong mungkin adalah your most beloved character. Kepribadian Toph sangat bertentangan dengan penampilannya. 

Dia adalah seorang earthbending yang berusia 12 tahun, bertubuh pendek, buta, dan diperkenalkan pertama kali dalam pertandingan gaya earthbending pseudo-WWE  atau turname Earth Rumble VI melawan laki-laki berutubuh besar, berbadan sehat, dan berotot. 

Karena gangguan penglihatannya, orang tua Toph yang sangat overprotective dan condescending hingga hampir 'memenjarakan' Toph. Dia diizinkan untuk menjadi earthbending, tetapi dalam proses latihan tidak pernah diizinkan melewati dasar-dasar. 

Orang tua dan pelatihnya tidak tahu bahwa dia sudah menjadi pejuang nasional yang sangat cakap, telah memenangkan gelar emas sebelum berusia dua belas tahun. Dia diharapkan kedua orang tuanya untuk menjadi pewaris yang santun, lemah lembut but she was a rowdy, strong-willed child. AND WE STAN!

credit: fanpop.com
credit: fanpop.com

Toph mewakili kategori perempuan yang tidak hanya menolak peran gender, tetapi juga disable, yet capable. 

Karakter Toph menantang apa yang dikenal sebagai kemampuan jasmani wajib dan what that means di ATLA universe. Dalam kasus Toph, kemampuannya untuk sebagai earthbender adalah dasar untuk model disabilitas pribadinya.

Tidak hanya dia menguasai elemennya, tetapi dia mengembangkan teknik baru dalam earthbending yang memungkinkannya untuk melihat menggunakan getaran; kemampuan ini memperkuat pertarungannya saat dia bisa memprediksi gerakan benders lainnya sebelum mereka sepenuhnya menyelesaikan gerakan, dia bisa merasakan perubahan dalam detak jantung, sehingga dia bisa mendeteksi kebohongan, dan dia mengembangkan kepekaan kesadaran spasial yang epik, dengan menginjak tanah dan menciptakan getaran, dia bisa merasakan tata letak seluruh kota dan memetakannya kembali.

Dia juga menemukan subkategori earthbending, yang disebut metalbending, setelah diculik. Kekuatan yang diperolehnya untuk mendeteksi kebohongan dan mendeteksi ruang menguntungkan dalam perang yang berlangsung selama seratus tahun.

Rough dan tumble adalah gaya khas Toph, tetapi Avatar Kyoshi dan Prajurit Kyoshi  memiliki ciri khas yakni composed, quiet, and deadly. Avatar Kyoshi adalah kekuatan yang kuat dan gigih yang menjunjung tinggi kedamaian dengan kehadiran yang tangguh. (Singkatnya, she was indeed a badass, we love an independent queen) 

Dalam masa hidupnya, dia mendirikan Pulau Kyoshi dan dia juga menciptakan sekelompok prajurit yang seluruhnya terdiri dari perempuan remaja yang sangat terampil, terlatih, dan elit; mereka dikenal sebagai Prajurit Kyoshi dan merupakan satu-satunya pasukan militer yang bertugas melindungi pulau itu.

 Tidak satu pun dari Prajurit Kyoshi adalah benders, jadi mereka bergantung sepenuhnya pada gaya bertarung hand-to-hand, akrobatik, dan gaya bertarung yang dipersenjatai. Pasukan ini adalah satu-satunya kelompok pejuang remaja yang semuanya adalah perempuan, semua yang non-bender, yang berjuang di  ATLA universe.

credit: http://www.multiversitycomics.com/
credit: http://www.multiversitycomics.com/

Dalam perang yang didominasi laki-laki, Prajurit Kyoshi sekali lagi mewakili inner strength  dan gaya hidup non-konformis. 

Juxtaposed dengan para perempuan dari Suku Air Utara, Prajurit Kyoshi merupakan pasukan militan yang harus diperhitungkan; Pertempuran mereka berfokus pada penggunaan kekuatan musuh mereka melawan mereka untuk mendapatkan keunggulan, dan dengan teknik itu mereka membantu mengubah struktur kekuatan perang.

Dan ada juga honorable mentions yang perlu yang ditulis dalam artikel ini: Azula, Hama, dan Smellerbee. 

Perempuan-perempuan ini menempati hall of ATLA women karena kontribusi mereka dalam percakapan seputar kesadaran kesehatan mental, korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, dan gender nonconformity. 

Ada juga perempuan di sekuel ATLA yakni, Avatar: The Legend of Korra, di mana kelompok perempuan membawa perspektif yang sama sekali baru tentang gender, seksualitas, kesehatan mental, dan ability. 

Ada begitu banyak yang ditawarkan Avatar: The Last Airbender, saya hanya bisa sangat menyarankan kalianuntuk segera menontonnya jika kalian belum pernah menonton serial kartun ini. 

Dengan beragam topik yang dibahas dan masalah sosial mendalam yang ditangani, salah satunya genosida seperti yang disebutkan sebelumnya, and surprisingly ini merupakan kartun anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun