Mohon tunggu...
yuesaputri
yuesaputri Mohon Tunggu... Guru - mengeluh dengan menulis

mengenal dengan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Temanmu juga Ingin Didengarkan, Bukan Hanya Kamu

22 November 2019   17:48 Diperbarui: 22 November 2019   17:51 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Temanmu juga Butuh Didengarkan, Bukan Hanya Dirimu

Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Entah masalah kerjaan, asmara, ekonomi, maupun masalah lain. Beberapa masalah yang dialami manusia ini ternyata tidak semuanya bisa disangga oleh dirinya sendiri. Beberapa orang memilih untuk membagikan masalahnya lewat keluh kesah terhadap teman, saudara, maupun pacar. Dan tidak jarang orang zaman sekarang membagikannya melalui media sosial. Sebut saja via story Whatsapp, Instagram, dan Twitter. Namun biasanya orang yang membagikan masalahnya di dunia maya ini mereka hanya perlu didengarkan saja. Tanpa mengharap solusi bagi masalahnya. Dengan begitu mereka mungkin akan merasa sedikit lega.

Barangkali ini erat kaitannya dengan salah satu kebutuhan manusai dalam piramida Maslow, yakni kebutuhan untuk dihargai. Yakni salah satunya melalui didengarkan dan direspon orang lain. Namun kalau boleh memilih, saya pribadi menyarankan untuk menceritakan pada orang lain saja bisa teman atau keluarga maupun pacar. Karena hal itu tentunya lebih solutif. Mereka akan memberi respon yang lebih aktif dibandingkan media sosial atau dunia maya yang bisa dibilang responnya pasif. Ya kecuali yang membuat postingan adalah orang penting, selebgram, artis, tokoh politik. Lain urusannya hehe. 

Pernah suatu ketika saya mencoba berbagi cerita pada teman saya. Ketika saya bercerita, tentu saya berharap jika cerita saya ataupun keluh kesah saya ini akan didengar, disimak dengan baik. Bahkan mungkin pendengar akan memberi solusi sebagai sebuah responnya terhadap cerita kita. Meskipun tidak selalu begitu kenyataannya.

Waktu itu, saya bercerita tentang seseorang yang pernah ada di hidup saya. Belum sampai selesai saya bercerita, dia sudah memotong dengan mengatakan, "aku juga gitu kok, pasangan ku ini pengertian, dan tau apapun perasaanku tanpa harus ku beritahu, malahan dia bla bla bla...". Tidak hanya sampai disitu, dia malah bercerita balik keunggulan pasangannya. Tidakkah kamu tahu, sikap mu ini bisa menyakiti teman mu. Temanmu juga ingin didengar dengan baik. Sama halnya kamu, yang sering curhat dan tentunya ingin didengarkan juga.

Tidak bisakah sediakan telinga mu sebentar saja untuk temanmu ini? Di dunia ini yang punya masalah tidak hanya kamu seorang. Dan yang memiliki harapan untuk dihargai dan didengarkan juga bukan hanya kamu saja. Pernahkah berpikir, bahwa temanmu sudah meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesahmu? Namun, selama ini, berapa kali kamu mau tulus mendengarkan keluh kesahnya padamu? Dia tidak butuh solusi lebih darimu. Dia hanya ingin didengar dan dihargai. Dengan begitu, masalahnya mungkin tidak hilang, namun hatinya bertambah lapang ketika ada yang rela mendengarkan keluh kesahnya. 

Sikap ini sering diabaikan oleh orang -orang. Bahkan mereka mungkin sering tidak menyadari, pentingnya saling mendengarkan. Jangan hanya ingin didengar. Tapi dengarkanlah sekitarmu. Mereka butuh kamu. Kita memang tidak pantas mengharapkan sesuatu pada manusia. Namun, sebagai makhluk yang dikarunia hati dan pikiran, alangkah indah dan nyaman ketika masing-masing diri kita mau melihat, mendengar, dan merangkul sesama.

Sederhana saja, dengan mendengarkan. Jangan dipotong, diserang balik (dengan keluhanmu). Karena masalah bukan untuk dilombakan. Mana yang paling menyedihkan, mana yang paling parah. Kita tidak pernah tau seberapa dalam masalah yang dialami orang lain dan seberapa besar dia menahan untuk tidak menyakiti hati kita. Jadi, mari kita biasakan untuk sabar sebentar saja tidak menyela keluhan orang lain dengan keluhan diri sendiri sebentar saja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun