Mungkin saja toko online tersebut hanyalah 'reseller' atau 'dropshipper' dari toko nyata yang ada di pasar-pasar grosir yang saat ini sudah banyak tutup. Fenomena ini sepertinya banyak dirasakan olah teman-teman perkotaan, yang semakin resah karena paket kirimanya tertahan hingga kondisi normal Kembali.
Pada saat orang kota menikmati kecepatan internet di rumahnya masing-masing. Kawan di Cikidang, salah satu kecamatan di Sukabumi mengeluhkan sinyal yang masih sulit terbatas. ia dan anaknya terpaksa belajar di atas bukit, untuk bisa mendapatkan akses internet dan melihat soal-soal yang diberikan oleh gurunya.
Masih banyak sekali daerah yang belum terjangkau internet di sekitar Jakarta seperti daerah Bogor dan Sukabumi. Jangan tanya teman-teman kita di wilayah Indonesia yang lain. Di Indonesia Timur, meskipun sudah banyak wilayah yang bisa mengakses internet, biaya yang dibebankan oleh operator jauh berbeda, sangat mahal. Â
Kecepatan informasi ternyata juga membawa dampak yang buruk jika pengetahuan yang disebarluaskan adalah kebohongan atau informasi yang salah. Hoaks adalah musuh bersama di era industry 4.0 ini.Â
Pemerintah sangat keras terhadap para pelaku hoax dengan dasar hukum yang sudah dibuat yaitu UU ITE. Namun bagi masyarakat sudah lagi tidak penting isu lain di luar isu Kesehatan.Â
Meskipun banyak isu yang masih bising terutama di dunia maya, relaksasi pinjaman dan biaya listrik, seperti masalah narapidana, omnibus law, pilkada, bahkan pilpres.Â
Saat orang ramai-ramai membeli dan membangun bilik disinfektan sebagai upaya pencegahan virus, ternyata bagi kalangan ahli Kesehatan penggunaan barang ini dianggap malah berbahaya bagi Kesehatan. Sampai saat ini belum ada jawaban resmi dari pemerintah untuk menjawab kepanikan masyarakat. Â
Yang tercepat yang terbaik?
Dalam sebuah ceramah tahun 2019 yang saya saksikan youtube beberapa hari yang lalu, Seno Gumira Adjidarma menyampaikan pidato kebudayaan yang menarik yang membahas tentang industry 4.0.Â
Ia menceritakan tentang dongeng kuno nusantara, adu cepat antara kancil dan siput, atau keong. Diluar dugaan kancil, ia ternyata kalah lari dari keong. Kancil berhasil dikalahkan oleh siput yang membangun strategi 'kolektifitas'.
Dalam menghadapi virus corna yang begitu cepat menyebar sepertinya kita perlu belajar dari strategi si siput untuk membangun kolektifitas dan soliditas sebagai cara terbaik untuk menang. Tahun 1918, negeri Hindia Belanda ada sekitar 1,5 juta jiwa yang meninggal akibat wabah virus Flu Spanyol.Â