Bayangkan kalau kita hidup dijaman Nuh, kemungkinan transportasi masih sangat terbatas dan perahu merupakan alat transportasi yang maju. Saleh, dia memiliki pengetahuan untuk menjinakan binatang. Ibrahim yang mengkaji alam semesta. Daud si pembuat perlengkapan senjata besi disaat peradaban belum mengenal besi. Yusuf ahli tata negara dan pertanian. Ayub yang menemukan obat. Sulaiman yang menguasai metafisika dan biologi. Yunus dan pengetahuannya tentang perikanan dan kelautan. Hal ini membuktikan bahwa mereka juga merupakan orang-orang yang memimpin pengetahuan keduniaan, selain pengetahuan teologis.
Pengetahuan Profetik
Ialah Kuntowijoyo, sejarawan sekaligus sastrawan yang memperkenalkan tentang konsep pengetahuan profetik. Profetik diambil dari istilah prophet atau nabi. Kuntowijoyo menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah dan juga sastra yang ia geluti juga harus memiliki dampak kepada masyarakat, umat manusia. Bukan sebatas norma pengetahuan tentang baik buruk. Bukan sebatas ideologi yang memberikan panduan dalam politik. Atau pengetahuan menjadi sebatas ilmu. Ilmu sebagaimana cerita para nabi di atas, merupakan bagian integral dari pembebasan manusia dan menuju tatanan yang lebih adil.
Cerita wali songo, yang merupakan penyebar utama Islam di Pulau Jawa juga melanjutkan pengetahuan profretik. Selain membawa dakwah Islam, mereka juga memberikan keahlian tentang pertanian, kesenian, arsitektur, dan juga tata negara. Mereka mampu menjawab permasalahan sosial yang sedang dihadapi oleh orang banyak, terutama wong cilik atau mustad afin. Dakwah dengan pengetahuan profetik ini mendapatkan simpati yang besar dan dengan sendirinya sukses besar dalam proses Islamisasi di Pulau Jawa. Â
Sayangnya dua pengetahuan tersebut sudah sejak lama dipisahkan. Kapankah ia akan Kembali lagi Bersatu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H