Mohon tunggu...
Yudi Yurnalis
Yudi Yurnalis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Hewan di Pemkab Lebong

Lahir di Bandung, 28 Oktober 1983.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sungai Lisai (2)

22 Maret 2021   14:49 Diperbarui: 22 Maret 2021   15:28 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Kepala Dinas memberikan usulan "Bagaimana kalau kita adakan vaksinasi rabies ?... Pasti akan sangat bermanfaat. Mengingat penduduk desa ini banyak yang memelihara hewan peliharaan seperti kucing dan anjing...."

"Betul Pak !....tapi kegiatan tersebut belum begitu urgent karena desa ini masih steril, statusnya masih nihil kasus atau laporan GHPR masih nol kasus. Secara historis desa ini masih termasuk wilayah zona aman (daerah bebas rabies)...."  aku menjawab pertanyaan Pak Kadis sambil menunjukan data terkini tentang penyebaran penyakit rabies.

"Memangnya kenapa Dok Jojo, bukannya vaksinasi itu termasuk tindakan pencegahan ?... Maksud saya yah sebelum terjadi wabah kita sudah sedia payung terlebih dahulu sebelum turunnya  hujan." Pak Kadis berusaha meyakinkan pendapatnya dengan pemahaman nalar.

"Bukannya tidak boleh Pak. Sebaiknya kita kaji lebih dulu kondisi aktual disana. Mengingat juga stok dosis vaksin kita yang terbatas. Sehingga desa tersebut belum termasuk wilayah prioritas, masih banyak desa lain yang lebih membutuhkan terutama yang jumlah populasi HPR nya tinggi dan laporan GHPR nya juga tinggi. Berdasarkan data yang ada kegiatan vaksinasi rabies kita fokuskan di 10 kecamatan dari 12 kecamatan yang ada sehingga tercapai target cakupan vaksinasi minimal 70 % dari total populasi HPR yang ada di Kabupaten ini."

Penjelasan epidemiologis yang masuk akal. Pak Kadis pun menyetujui saran saya. lalu saya mencoba menganalogikan dengan perumpamaan gula dan semut.

"Begini Pak....anggap saja kasus GHPR itu gula sementara vaksinasi rabies itu semutnya. Jadi jika ada satu gula saja yang jatuh di lantai, maka gula tersebut akan dikerubuni banyak semut.......Artinya jika ada satu kasus GHPR  apalagi sudah terkonfirmasi secara laboratorium maka kegiatan vaksinasi wajib dilakukan di daerah tersebut. Vaksinasi juga dilakukan di daerah terdekat yang biasa kita sebut ring vaccination agar tercipta kekebalan kelompok (herd imunity)."

 

***

 

Jam sudah menunjukan pukul setengah dua siang. Kawan-kawan lain sudah banyak yang pulang. Suasana kantor pun sepi menyisahkan tiga orang yang masih setia berada dalam ruangan Pak Bos. Kami masih menghitung-hitung budget atau anggaran yang dibutuhkan dalam kunjungan kerja bersama Pak Bupati. Kesepekatan sudah bulat,  kami memutuskan untuk mengadakan pelayanan kesehatan hewan atau semacam POSYANDU khusus hewan di desa tersebut.

Aku, Pak Kadis dan supirnya. Akhirnya kami pulang dan Pak kadis mengajak makan siang bersama untuk menghilangkan rasa  lapar.  Ia berpesan " Sebagai  individu kita harus disiplin apalagi dalam urusan makan. Perut yang lapar membuat pikiran buyar, namun ada tipe beberapa orang yang tahan tidak makan atau lalai dalam mengatur pola makan akibat banyaknya rutinitas dan kesibukan dalam pekerjaan. Tentunya hal ini kurang baik bagi kesehatan dan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti mag kronis, tukak lambung (peptic ulcer), sindrom iritasi usus (irritable bowel syndrome) hingga stress akibat keram perut."  Kami pun tiba di restoran dengan menu Lemeuah penggugah selera , olahan rebung pedas yang dihidangkan bersama ikan.

 

***

 

Start dimulai dari Masjid Agung Sultan Abdullah  tidak jauh dari komplek perkantoran Pemda Kabupaten Lebong. Iring-iringan konvoi mobil Pak Bupati diikuti beberapa unsur Muspida serta pejabat teras lainnya membuat suasana Pasar Muara Aman mendadak ramai. Banyak rombongan yang singgah sebentar,  berbelanja bahan pokok sebagai bekal persiapan  kegiatan tersebut. Mulai dari rokok, mie instan, beras, gula, kopi dan roti juga makanan praktis lainnya. Mengingat harga barang di desa Sungai Lisai yang terbilang cukup mahal akibat besarnya ongkos angkut dan upah seorang Capung.

Capung adalah seseorang yang berprofesi mengangkut barang bawaan menuju lokasi desa tersebut dengan berjalan kaki. Seorang capung dapat membawa beban berat di dalam tasnya sampai dengan maksimal 100 kilo. Sungguh kemampuan yang luar biasa, Sang Capung dapat berjalan dengan cepatnya layaknya capung yang terbang meskipun ada beban berat di pundaknya.

Jasa capung juga biasa dikenal dalam lokasi pertambangan emas. Yang memiliki tugas membawa barang berupa batu yang mengandung urat emas yang akan dijajakan atau dijual kepada masyarakat yang mempunyai gelundung yaitu seperangkat mesin tromol yang digunakan dalam pengolahan emas secara tradisional.

 

(Bersambung.....)

 

 

Keterangan :

 

GHPR : Gigitan Hewan Pembawa Rabies

 

HPR : Hewan Pembawa Rabies

Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Lobang Kacamata Lebong - Sumber: pariwisato.com
Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Lobang Kacamata Lebong - Sumber: pariwisato.com
                                                                                    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun