Mohon tunggu...
Wahyudi
Wahyudi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Membangun Bangsa dengan Membangun Kewirausahawan

26 Desember 2016   14:28 Diperbarui: 26 Desember 2016   14:42 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) keluar negeri telah menjadi fenomena lumrah di negeri ini. Bahkan tiap tahunnya jumlah TKI yang berangkat keluar negeri mengalami grafik kenaikan yang signifikan. Ironisnya pengiriman TKI tidak distop meskipun tindak kekerasan terhadap pekerja Indonesia sering terjadi. Ada yang wajahnya disirami dengan air keras, dihardik, dipukuli hingga memar-memar, bahkan ada yang sampai pulang kampong halamannya tanpa nyawa. Ironis memang. Bangsa ini seakan-akan “bangsa” menjadi “pembantu” dan “budak” dari Negara lain. Oleh karena itu perlu langkah kongkrit untuk menghilangkan efek ketergantungan tersebut. Hal itu perlu dipikirkan dan direnungkan.

Saat pendaftaran calon pegawai Negeri Sipil (CPNS), banyak orang-orang mendaftarkan diri mereka dengan harapan memperoleh kursi PNS. Calon pegawai membeludak. Sehongga, kuota PNS yang siapkan tidak sebanding dengan jumlah orang  yang mendaftar. Jika dibandingkan bias berlipat-lipat banyak dari ketersediaan kursi PNS. Fenomena seperti ini terlihat secara rutin setiap ada pendaftaran CPNS. Lagi lagi ketergantungan begitu kuat di bangsa ini.

 Di tambah lagi dengan jumlah pengangguran yang setiap tahunnya belum ada tanda-tanda mengalami penurunan. Berpendidikan tinggi sekalipun belom menjamin mendapatkan lapangan pekerjaan. Jumlah pengangguran terdidik di Indonesia setiap tahun bertambah, seiring dengan wisudanya sarjana baru lulusan berbagai perguruan tinggI (pt). lihatn saja perkembangannya, data biro nilai pendidikan kewirausahaan dengan sebutan ekonomi kreatif. Pendidikan kewirausahaan adalah jalan alternative sekaligus preventif dalama menghadapi tangtangan global (global challenge) yang sudah pasti diisi persaingan yang super ketat.

Sebelum menginjak lebih dalam tentang pendidikan kewirausahaan, langkah lebih baiknya kita mengatahui apa itu kewirausahaan. Menurut soeparman spemahamidjaja (1977) kewirausahaan adalah suatu sehingga pendidikan kewirausahaan bermakna sebagai disiplin ilmu yang memberi ruang kreatifitas dan inovatif seluas-luasnya bagi peserta didik sebagai wujud dari kaderiasi untuk mengurangi dan atau meniadakan karakter ketergantungan bangsa ini kepada bangsa lain.

Manfaat besar menunggu bangsa ini, jika pendidikan kewirausahaan diimpletasikan dengan objektif dan tepat sasaran. Bukan penyelewengan dan atau anomaly-anomali muncul ditengah jalan. Bukan juga sebagai lahan baru korupsi. Bukan itu semua yang diharapkan. Optimal dan tepat.

Pusat statisti (BPS) menyebutkan jumlah sarjana S-1 pada februaari 2007 sebanyak 409.900 orang. Setahun kemudian tepatnya februari 2008 jumlah pengangguran terdidik bertambah 216.300 orang atau sekitar 629.200 orang jika setiap tahun jumlah kenaikan rata-rata 216.300 orang, bias dibayangkan berapa jumlah pengangguran terdidik yang ada di Indonesia 5 tahun berikutnya.

Berpijak dari fenomena di atas, saya kira, pendidikan kewirausahaan adalah langkah menuju bangsa mandiri dan betul-betul mereka disegala aspek. Kewirausahaan adalah semangat,sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan dan memberikan pelayanan yang lebih baik. Dan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Karna pembentukan karakter bangsa bias melalui pendidikan kewirausahaan nilai nilai karakter dalam pendidikan kewirausahaan ialah dengan berinovatif bagi peserta didik pula berkreativitas terbuka lebar. 

Jadi pendidikan kewirausahaan janganlah omongan belaka tabpa realisasi, implemintasi, dan praktek kelapangan. Oleh karena itu, konsep, teori dan praktek serta implementasinya berjalan beriringan secara kompak tanpa ada yang pincang, harapannya, semua misi, visi, dan tujuan mulia dari pendidikan kewirausahaan dapat tercapai dan membawa Indonesia pada kondisi yang lebih baik. Dalam hadist diriwayatkan oleh Asyim Bin Ubaidillah” sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang berkarya / bekerja keras.” (H.R. Baihaky)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun