Kunci keberhasilan dari jurnalisme online adalah akurasi, penulisan yang baik dan dorongan untuk berinovasi (Ishwara, 2005). Jurnalisme online menerapkan annotative journalism yaitu tinggal mengklik suatu kata, kita bisa mendapatkan banyak informasi sebanyak yang tersedia (Ishwara, 2005).
Segala macam informasi dapat kita peroleh di masa sekarang ini dengan kemampuan menjelajah internet. Begitupula dalam jurnalisme sekarang ini. Banyak sekali informasi yang diberitakan dalam media massa online. Pemberitaan di media online tidak dapat luput dari yang namanya pelanggaran kode etik. Masalah kode etik dalam praktik jurnalisme online di Indonesia masih sering ditemui (ajiindonesia.or.id, 2012). Masalah kualitas dan kredibilitas tersebut bermula dari anggapan media massa online dalam menyampaikan informasi harus cepat.
Kecepatan, pageview, dan pertumbuhan bisnis seringkali membuat berita online terjerumus dalam menyampaikan informasi yang belum selesai terverifikasi kepada masyarakat luas, sehingga terkadang hal tersebut menimbulkan salah persepsi dan salah interpretasi fakta. Pemberitaan online yang mengejar kecepatan, rating, dan share ini seringkali membuat berita online melanggar beberapa kode etik, bahkan seringkali berita tersebut belum terselesaikan verifikasinya. Padahal, menurut Luwi Ishawara (2005), berita merupakan sesuatu yang nyata. Hal tersebut berlaku untuk semua jenis berita entah itu di media cetak, online atau apapun.
Berdasarkan data aduan yang terdokumentasi di Dewan Pers, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 terjadi sejumlah kasus dalam praktik jurnalisme online yang merupakan bagian dari media baru di Indonesia (Santoso, 2014). Menurut Santoso (2014), kasus-kasus yang terdokumentasi tersebut mencuat semata-mata karena pihak yang menjadi obyek pemberitaan melakukan pelaporan terhadap Dewan Pers.
Perkembangan jurnalisme seiring dengan perkembangan teknologi ini membawa pembeda dengan jurnalisme lama. Jurnalisme sekarang ini dikenal dengan sebutan jurnalisme online. Perbedaan jurnalisme masa lampau hingga jurnalisme masa depan adalah (Ishawara, Luwi. 2005):
- Jurnalisme pada masa lampau masih menerapkan teori jarum suntik. Teori jarum suntik di sini dapat dijelaskan bahwa khalayak pada saat itu masih bersikap pasif terhadap suatu informasi. Segala bentuk informasi yang diberitakan oleh media, diterima mentah-mentah oleh khalayak luas tanpa mengecek informasi tersebut benar atau tidak. Selain itu, masyarakat luas pada saat itu sangat mudah digiring opini publiknya oleh media. Masyarakat pada saat itu tidak memiliki kuasa atau kekuatan dalam hal informasi yang ada dalam media. Pada masa itu juga, media masih dikuasai oleh pemerintah sehingga sulit bagi masyarakat untuk mengkritisinya.
- Teori jarum suntik dalam jurnalisme di masa sekarang ini sudah jarang diemukan. Masyarakat sekarang ini lebih cerdas dalam memilih suatu informasi. Masyarakat sudah dapat campur tangan dalam urusan media. Komunikasi yang terjalin antara media dan masyarakat pun dapat dibilang komunikasi dua arah. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat dapat mengkritik dan memberikan saran kepada media. Komunikasi dua arah antara media dengan masyarakat dapat dilihat dari media sekarang menyediakan kolom komentar atau menyediakan tempat khusus bagi masyarakat yang ingin menyampaikan opini mereka dan saran mereka. Media saat ini memiliki tugas untuk membawa khalayak masuk ke dalam dunia makna yang jauh lebih luas dan tidak terbatas waktu maupun tempat kejadian peristiwa.
- Jurnalisme masa depan tentunya sudah sangat berbeda dengan jurnalisme masa lampau. Masyarakat yang dulunya pasif sekarang menjadi lebih aktif terhadap media terlebih lagi dalam pemberitaan-pemberitaan. Masyarakat menjadi komentator dengan cara mengawasi media dan juga membuat berita.
Pemberitaan media online sekarang ini terkadang seringkali melakukan kesalahan. Banyak berita yang terkadang kurang adanya verifikasi dari narasumber, bahkan sekarang ini media online cenderung mengejar rating mereka dan mengutamakan kecepatan tanpa mempedulikan berita tersebut benar atau tidak.
Masyarakat sekarang ini dapat digambarkan seperti yang dikatakan oleh Luwi Ishwara (2005), “dalam jurnalisme, janganlah kita menerima segala sesuatu begitu saja seperti apa adanya dan menganggap semua itu benar. Gugatlah! Skeptislah!...”. Mungkin belum semua masyarakat sekarang ini seperti yang dikatakan oleh Luwi Ishawara tersebut dapat berani menggugat dan mengkritisi segala sesuatunya, tetapi setidaknya di masa sekarang ini dengan adanya teknologi dan perkembangan jaman, masyarakat dibentuk untuk menjadi masyarakat yang aktif.
Kesimpulan dan Saran
Teknologi membawa banyak perubahan salah satunya dalam jurnalisme. Perkembangan teknologi yang pesat ini membawa jurnalisme menjadi media yang tidak terbatas oleh waktu dan dapat diakses kapan pun dan dimanapun. Masyarakat luas pun juga dapat mengakses dan masuk ke dalam jurnalisme online. Hal ini dapat dijelaskan bahwa masyarakat dapat ikut campur di dalam jurnalisme seperti dapat menulis berita dan mempubliknya sendiri.
Mudahnya mengakses internet dan mudahnya masyarakat untuk mengakses suatu berita inilah terkadang muncul beberapa masalah dalam jurnalisme online seperti kurangnya verifikasi, dan hal-hal lainnya. Masalah-masalah tersebut terkadang membuat berita dalam media online menjadi tidak kredibel karena media sekarang ini pun juga lebih mengejar rating dan kecepatan sehingga tidak memperhatikan kredibilitas beritanya lagi.
Di era modern saat ini dengan hal-hal seperti itu, masyarakat dituntut untuk aktif dalam mengkritisi suatu media. Masyarakat sekarang ini bukanlah masyaraakat pasif seperti dulu yang hanya menerima informasi mentah-mentah saja melainkan masyarakat sekarang ini ikut mengkritisi segala macam bentuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh media. Bentuk ikut campur masyarakat dalam urusan media online adalah masyarakat terkadang memberikan komentar dalam kolom komentar yang sudah diberikan oleh beberapa media online, bahkan tak jarang juga ada masyarakat yang menuliskan bentuk kekesalannya terhadap media masa kini yang tidak mempedulikan kredibilitas dari beritanya.
Perkembangan teknologi tidak dapat kita hindari, begitupula juga perkembangan jurnalisme yang hingga sekarang ini dapat kita kenal sebagai jurnalisme online. Masyarakat luas dapat mengaksesnya dengan mudah tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa pemberitaan-pemberitaan di media online tersebut terkadang melakukan banyak kesalahan karena mengejar rating ataupun kecepatan sehingga kurang kredibel. Masyarakat luas disarankan untuk sekarang ini lebih berhati-hati di dalam menerima segala macam informasi. jangan langsung menerimanya secara mentah-mentah karena terkadang di luar sana masih banyak orang yang kurang mempertanggung jawabkan tulisan mereka. Oknum-oknum tersebut hanya mencari rating dan kecepatan atau mungkin hanya memenuhi pekerjaan mereka saja. Jadi akan menjadi lebih baik apabila masyarakat luas lebih berhati-hati dalam menerima segala bentuk informasi yang ada karena tidak semua informasi dapat dipertanggungjawabkan oleh penulisnya.