Mohon tunggu...
Yudithia Maxiselly
Yudithia Maxiselly Mohon Tunggu... Dosen - Student of life

Dosen pertanian yang hobi belajar dari jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Kina Maka Tak Sayang

3 Mei 2023   22:26 Diperbarui: 3 Mei 2023   23:09 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tanaman kina (koleksi pribadi)

Sesungguhnya saya mulai dengar tentang dirinya sekitar 15 tahun yang lalu, disaat aplikasi Whatsapp masih berbentuk imajinasi perakitnya, juga foto-foto masih tersimpan manis di folder bukan tersebar luas via Instagram. Saat itu, kami sedang memilih mata kuliah di semester baru dan sebagian teman di program saya mengambil mata kuliah tanaman gula dan obat. 

Saya berpikir saat itu, jenis mata kuliah apa itu? Jamu-jamuan?? Males ah pait. Lalu teman saya bilang, tanaman obatnya bukan jamu dit ini tentang kina... apapula itu.. tak kenal saya bagaimana saya bisa sayang?? Lupakanlah tentang tanaman tak terkenal itu.

Tahun-tahun telah berlalu, dan  tibalah takdir saya menjadi seorang dosen tanaman perkebunan. Entah bagaimana jalannya bisa begitu kapan-kapan saya ceritakan ya. 

Selidik punya selidik (jadi siapa yang punya selidik?) salah satu mata kuliah tanaman perkebunan adalah tanaman gula dan obat yang waktu itu saya tolak sejak belum berbuah ( kalau tolaknya mentah-mentah kan namanya mentah udah berbuah dilepehin, ini belum ada pentil buah udah ogah saya) dan saya itu diterima di minat perkebunan karena ada beberapa dosen perkebunan yang akan pension termasuk bapak dosen yang mengajar tanaman kina. 

Alhasillah, karena dosen lain sudah memegang komoditas tanaman masing-masing dan saya merupakan pendatang baru yang berpotensi (berpotensi merepotkan..) jadilah didaulat mengajar mata kuliah itu.

Ampunn... ampun.. pegimana ngajarnya yak? Kalau ketemu tuh taneman aja belom mana buku pegangannya gak ada pula. Akhirnya saya dipinjemi buku jadul kitab suci dari zaman VOC oleh salah satu alumni yang bekerja di Pusat Penelitian Teh dan Kina.

Alhamdulillah sih, hanya saja belum bisa menambah daya visual saya tentang tanaman ini, gimana enggak tuh buku hitam putih, dan saya fotokopi pula.. makin jelas lah motif zebranya (hitam putih). 

Akhirnya saya berselancarlah didunia maya ternyata tanaman ini juarangg sekali literaturenya dari Indonesia namun dapat saya temukan beberapa literature dari Negara lain meski di tahun-tahun nyetel music masih lewat piringan hitam. 

Katanya sih dulu kina itu masuk ke Indonesia sejak jaman Belanja eh Belanda menjajah dan saing-saingan sama Negara eropa lain untuk mengembangkan kina. 

Awalnya sulit menanamnya karena dataran Indonesia gak mirip sama daerah asal kina namun akhirnya ditemukan beberapa wilayah yang cocok seperti Jawa Barat dan Sumatra Barat yang banyak daerah pegunungan sejuk hingga kina mulai beradaptasi baik di Indonesia.

Herannya semakin saya baca tentang si obat malaria ini, sejarah tersebarnya didunia, namanya yang unik dari sebutan suku pedalaman amerika selatan yang kepahitan mengkonsumsi obat ini sehingga memanggil "quina-quina" alias pahit lalu kisah salah satu ratu kerajaan eropa bernama Cinchon yang demam dan sembuh karena tanaman ini. 

Juga kisah sulitnya seorang Charles Ledger menemukan varietas kina terbaik hingga 20 tahun, dan tragisnya kisah sahabat ledger yang berusaha mencari varietas lain namun akhirnya mati dipenjara.

Ah sungguh tanaman ini salah satu tragedy dunia, karena saat itu penyakit malaria banyak menyerang penduduk dunia dan menyebabkan kematian hingga akhirnya ditemukan kina menjadi bahan rebutan para kolonialis (lho kok jadi cerita sejarah).

Selain itu, kina merupakan tanaman obat yang banyak mengandung alkaloid bermanfaat untuk berbagai penyakit seperti malaria (tentu saja), jantung, dan sekarang sedang dikembangkan untuk HIV. 

Ekstrak kina juga digunakan sebagai tambahan untuk berbagai minuman ringan karena ada sensasi rasa pahit yang akan membuat pengkonsumsi minuman itu tidak terasa eneg. Kina juga dipadukan pada beberapa bahan kosmetik sebagai pencerah kulit. Lha malah saya bahas berbagai manfaat kina.

Singkat cerita saya mulai asik dengan kina setelah mencoba mengenalnya lebih dalam. Dan saat diadakan tawaran riset maka saya mencari tema untuk tanaman kina. 

Alasan saya bukan karena tanaman ini gak ada yg peduli lagi, namun justru saya merasa harus mulai peduli dengan dia. Sayapun tak hanya ingin kenal sebatas literature, saya tanam dia saya rawat dan saya datangi pusat penelitiannya. Hal ini tentu saja agar saya semakin dekat dan akrab dengan nenek moyangnya hahaha maksudnya agar saya semakin mendalami keilmuan tentang kina. 

Kina adalah dia yang pernah berarti harusnya dapat kembali memberi arti setidaknya untuk kehidupan saya.  Dialah kina yang awalnya saya acuhkan namun kini saya pertahankan. 

Kata orang mustahil menanam kina didataran rendah namun imposible is nothing buat saya dan sekarang sudah beberapa tahun memiliki lahan percobaan kina dibawah 800mdpl walau hanya beberapa gelintir tanaman. 

Kina yang selalu saya ajak selfi dipagi hari dengan tunas-tunas baru yang muncul dari pucuknya. Kina adalah salah satu tanaman yang di dunia manapun literaturnya nama Indonesia terpampang baik karena keberadaannya, meski kini semakin terkikis. Tetapi kinalah yang memaksa saya mengenal dirinya dan dapat pelajaran bahwa benarlah tak kenal maka tak sayang hingga punya celetukan Tak Kina maka Tak Sayang.

Yudithia 03052023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun