Mohon tunggu...
Yudithia Maxiselly
Yudithia Maxiselly Mohon Tunggu... Dosen - Student of life

Dosen pertanian yang hobi belajar dari jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kembali Terliriknya Potensi Ubi dan Umbi-umbian Jawa Barat

28 April 2023   17:26 Diperbarui: 28 April 2023   17:30 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku terbitan Deepublish (2023)

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia ternyata juga memiliki Sumber Daya Alam yang berpotensi besar untuk dikembangkan. Sumber Daya Alam berpotensi yang terdapat di Jawa Barat salah satunya dari sektor pangan yaitu ubi dan umbi-umbian lokal Jawa Barat yang selama ini masih kurang dilirik untuk dikembangkan. Banyak yang telah mengetahui jika salah satu ubi-ubian fenomenal di Indonesia yaitu ubi cilembu berasal dari Jawa Barat tepatnya di daerah Cilembu kabupaten Sumedang, yang hingga kini masih dikuak misteri tentang manisnya yang ternyata bila ditanam di daerah lain tidak mampu memiliki rasa yang sama dengan ubi cilembu yang ditanam di daerah asalnya. Ubi cilembu ternyata hanya satu diantara sekian banyak ubi dan umbi-umbian yang berpotensi dikembangkan sebagai pangan lokal yang berada di Provinsi Jawa Barat selain itu mungkin kita akan teringat daerah Bogor yang memiliki talas sebagai makanan khasnya yang juga dari golongan ubi-ubian.

 Universitas Padjadjaran telah melakukan penelitian tentang ubi dan umbi-umbian di Jawa Barat sejak tahun 2009 hingga kini. Mulai dari kegiatan explorasi keseluruh daerah Jawa Barat untuk memperoleh plasma nutfah ubi dan umbian lokal yang terdapat di Jawa Barat. Hasil explorasi dan koleksi tersebut berhasil mengumpulkan ratusan  ubi dan umbi-umbian berpotensi yang layak konsumsi. Mulai dari jenis ubi jalar, talas, ganyong, garut, gadung, gembili, huwi-huwian, iles-iles/acung, kentang hitam, sampai dengan umbi bunga dahlia. Penyebaran koleksi mulai dari Bogor, Sumedang, Indramayu dan sekitar Pantai Utara, serta Lembang.

Ubi dan umbi-umbian yang telah dikoleksi inipun terus dikembangkan penelitiannya. Telah diketahui dari ratusan ubi dan umbi-umbian tersebut memiliki kandungan nutrisi yang tak kalah baik dengan bahan pangan negara maju seperti gandum, jagung, dan kentang. Selain itu juga mulai dilakukan perilisan varietas-varietas ubi yang memiliki kualitas unggul yang merupakan hasil dari para peneliti-peneliti UNPAD. Semua ini karena adanya daya dukung Sumber Daya Alam Jawa Barat yang sangat memanjakan masyarakatnya. Daerah atau Negara lain belum tentu memiliki kekayaan alam seperti daerah ini. Namun  mampu kah para aparat, akademisi dan masyarakatnya saling dukung untuk terus mengembangkan potensi daerah ini?

Nama - nama ubi dan umbian diatas mungkin masih banyak yang asing di benak kita namun dari daftar diatas dapat menandakan bahwa Jawa Barat sudah tidak perlu ketakutan terhadap kerawanan pangan karena ada sumber pangan yang masih mampu dapat dimanfaatkan. Meskipun Propinsi Jawa Barat dalam kurun waktu 2004 sampai tahun 2007 telah mampu mempertahankan ketersediaan pangan baik nabati maupun hewani. Menurut Pemprov Jabar, 2009 pada kurun waktu tersebut  produksi pangan nabati mengalami kenaikan sebesar 11,14 % dan kelompok pangan hewani mengalami kenaikan sebesar 3,77. Pencapaian produksi pangan tersebut, secara umum dapat memenuhi kebutuhan pangan Jabar sehingga secara umum tidak ditemukan adanya kerawanan pangan.  Namun demikian, mutu pangan yang tersedia selama periode 2004 sampai 2007 masih kurang ideal atau belum menggambarkan keanekaragaman pangan yang ideal. Ketidakseimbangan pola konsumsi komoditas pangan masih terjadi pada masyarakat Jabar yang masih ketergantungan terhadap padi sebagai komoditas pangan. Program-program pemerintah tentang keanekaragaman pangan seperti yang dilakukan kota Depok masih perlu ditelaah dan ditingkatkan lagi. Hal ini terkait ketersediaan pangan kualitas unggul dan layak konsumsi serta prilaku masyarakat yang masih gamang mencoba bahan pangan baru. Monitoring dan dukungan terhadap riset dan sosialisasi mengenai hal ini sangat dibutuhkan sehingga akan muncul frame berpikir masyarakat untuk mulai mendukung program-program tersebut.

Pengembangan ubi dan umbian sebagai salah satu pangan yang juga selaras dengan program pemerintah tentang kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal yaitu perpres no 22 tahun 2009 mampu menyokong pembangunan di Jawa Barat khususnya pembangunan dari sektor pangan. Merujuk kembali dari hasil peneliti-peneliti UNPAD tadi diharapkan dari plasma nutfah yang di diteliti tersebut akan mampu dikembangkan menjadi pangan yang layak konsumsi serta variatif dari segi keragaman pangan. Harapan kedepannya Jawa Barat sebagai Provinsi besar di Indonesia ini juga mampu menjadi besar dengan kekayaannya yang mulai dimanfaatkan seperti memanfaatkan potensi ubi dan umbi-umbian yang ada, dan tidak ada rasa sesal lagi ketika suatu potensi kekayaan yang selama ini hanya dilirik sebelah mata namun ketika ada orang asing yang datang dan mampu memanfaatkannya kita kembali gigit jari.

Yudithia Maxiselly 

Note : Buku saya tentang Potensi Talas asal Jawa Barat Baru saja rilis berikut covernya saya share

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun