Mohon tunggu...
Yudithia Maxiselly
Yudithia Maxiselly Mohon Tunggu... Dosen - Student of life

Dosen pertanian yang hobi belajar dari jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Plant Lovers

28 Maret 2023   21:46 Diperbarui: 28 Maret 2023   22:02 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini meski mata saya terpejam namun pikiran masih berputar tentang bagaimana cara saya berkenalan dengan mereka, yah mereka sesuatu yang selalu ada di hati dan membangun pribadi saya meskipun mereka hanya tanaman.

Saya seorang ibu-ibu yang masih muda (mungkin.... tergantung yang menilai) dari 3 anak dan tentu satu suami selain itu saya masih terdaftar sebagai pengajar di fakultas pertanian salah satu universitas negeri di kota bandung (jelas banget petunjuknya hehehe). Karena ilmu saya dalam mengajar masih seumur tanaman karet fase awal sadap maka sayapun saat ini baru saja selesaikan study saya di negeri Durian Monthong untuk menambah kapasitas ilmu pertanian saya(katanya) tapi kenyataannya seorang mahasiswa doctoral itu lebih banyak mendapatkan pelajaran hidup daripada bidang keilmuannya. 

Kenapa saya terjerumus dibidang tanam-tanaman ini meskipun orang tua saya bukan jurangan sawah?? Sekali ini saya akui bahwa saya tidak terjerumus, it is one of my dream to become lecturer and actually I love plants so much. Begini ceritanya mengapa saya sayang tanaman...

Awal saya kenal tanaman itu sekitar kelas 2 SD, saat itu saya sedang main ke rumah tetangga yang ibunya lagi beli sayur di tukang sayur keliling dan teman saya bilang

"eh kita beli kacang tanah yuk, coba kita tanam"

 Eh emang bisa"kata saya.. pada saat itu saya gak ngerti bagaimana caranya kacang ditukang sayur bisa jadi tanaman kacang.

"Coba aja.. tapi dirumah lu ya dith, soalnya rumah gua gak ada tanahnya lagi" kata teman saya itu.

Halaman di rumah teman saya itu ditanami beberapa tanaman namun yang tidak ditanam ditutup paving block sehingga tak ada tanah sisa, maka sayapun mengiyakan.

Kami gunakan se 1 x 1m tanah yang ada dipojok halaman rumah saya. Kami gemburkan dengan sendok pasir dan tanam dg kacang-kacang itu. Setiap hari saya lihat kebunku apakah sudah tumbuh kacang atau belom, dan sambil menunggu kita tanam tanaman lain disekitar kacang dg cara asal-asal anak SD. Kami tanam bawang dari bawangnya, kami tanam daun bawang dari daun bawangnya karena kita pikir yg ada akarnya bisa tumbuh. Selang seminggu kacang-kacang mulai ada yang tumbuh diikuti oleh bawang-bawang. Setiap hari kusiram semua agar tanaman minum walau kita bingung kalau kasih makan bagaimana.

Masalah mulai timbul saat bawang-bawang merah mulai berdaun dan daunnya banyak yang mongering, otak bocah 2 SD berpikir mungkin bawang-bawang itu sakit maka harus diobati, tapi pakai apa?? 

Kamipun berpikir, kalau kami sakit ibu memberi obat flu atau penurun panas maka kamipun ke warung dan beli salah satu tablet penurun panas yang popular dizaman 90 an itu. Kami encerkan dengan air dan kami cabut bawang dengan hati-hati dan masukan ke dalam air obat tadi. 

Kami berpikir itulah solusi terbaik, namun keesokan harinya satu persatu daun membusuk hingga tak ada lagi yang selamat dari bawang merah itu. Saya pun sedih sesedih sedihnya seperti orang yang ditinggal pacar karena udah mulai sayang. Setelah bisa moveon, saya focus untuk merawat kacang-kacang yang sudah 2 bulan tanam dan mulai muncul bunga-bunga warna kuning. Saya kembali gembira seperti ada kehidupan lain yang menunggu saya. Sayang, setiap kesenangan selalu ada kesulitan didepannya namun dimasa itu saya gak siap. 

Oh ya belum saya ceritakan, saya adalah anak tengah merupakan adik dari seorang kakak laki-laki dan kakak dari seorang adik perempuan. Perbedaan saya dan kakak saya adalah tentang peliharaan, kakak hobi sekali saat itu pelihara binatang. Rumah udah kaya kebun raya bogor ada koleksi binatang dan tanaman. Kakak saya pernah mengumpulkan 40 jenis ikan dalam satu kolam, lalu perburungan, iguana, dan marmut-marmutan. Nah pada masa kacang saya berbunga sang kakak sedang melihara marmut 2 ekor namanya si mamat dan si mumut, ini hasil perjodohan yang dipaksa namun tidak sukses. 

Sepertinya mereka tidak saling cinta dan menganggap adik kakakan aja deh, jadi gak pernah ada keturunan dari mereka (persepsi pribadi saya hahaha). Suatu hari saat pulang sekolah, saya kaget sekaget-kagetnya karena waktu mau nyiram di kacang tanah, keadaan lahan 1x1 m itu udah hancur berantakan tanaman sudah tercabik-cabik dan habis daunnya. Nangislah saya termehek-mehek yang ternyata karena dimakan si mamat dan si mumut dan lupa dikandangin. Bener-bener saya benci 2 marmut itu selama seminggu dan juga benci pemiliknya.

Kata kakak saya "ya udah sih tinggal nanem lagi"

Dia pikir itu kaya beli permen yupi di warung cukup kasih uangnya dan dapet permennya. Ini udah more than 2 months dong... ya ogahlah nanem lagi, gak tau apa dia saya suka ngobrol bareng kacang dan bawang-bawang itu walau gak langsung jawab tapi liat daun mereka tumbuh segar itu merupakan jawaban indah buat saya.

Itulah pertama kali saya jatuh cinta dengan tanaman meski namanya cinta gak selalu berakhir indah. Cinta saya bukan untuk menghasilkan tapi karena kisah itu saya selalu gak tega liat tanaman sekarat. Saya gak peduli hasil tanaman itu bagus atau enggak yang penting they still alive. Kalau liat tanaman kering saya selalu mencari cara bagaimana muncul warna hijau kembali padanya yang menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan. 

I never want to get something when I love you but I must ensure you will be okay.

 Maka terkadang saya tahu bagaimana cara membuat tanaman tumbuh baik dari teori2 yang saya pelajari namun not brave enough to practice it. Jadi, saya gak lebih dari konsultan orang-orang termasuk ke suami saya yang suka menanam berdasarkan arahan saya, karena kalau nanam sendiri akan terasa sedihnya saat gagal. Walaupun ya pastinya saya sering bercocok tanam karena keperluan penelitian.

Terlepas dari cerita saya diatas, saya mengenal tanaman secara tak langsung sebenarnya dari kedua orang tua saya yang berkecimpung di pertanian dan sekitarnya. Ibu saya seorang pensiunan PNS penyuluh pertanian dan ayah saya sempat lama bergabung di BUMN yang mendistribusikan pupuk dan segala macam pestisida. Maka jama dulu orang bunuh semut pakai minyak tanah, bapak saya dong makai Matador (salah satu merk insektisida yang keras banget).

Begitula sekilas (gak kilas-kilas amat ya lumayan panjang) tentang latar belakang saya suka tanaman dan halaman halaman selanjutnya akan bercerita tentang perkenalan saya dengan beberapa tanaman yang terkadang dilanjutkan rasa cinta saya ke mereka. Karena tanaman juga bernafas, tanaman juga terluka, tanaman juga bahagia dan karena tanaman juga mahluk yang layak disayangi. Ada geng pecinta hewan maka saya adalah anggota geng pecinta tanaman (walaupun belom ada kartu anggotanya). Maka saya gak setuju dengan vegetarian dg alasan kasian binatang dimakan, lhaaaa... situ juga makan tanaman... bernafas juga ituuu

Yudithia Maxiselly

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun