Kepergianmu Begitu Damai,Â
Setelah sekian lama menanggung derita dan nestapa
Meninggalkan Hiruk Pikuk DuniaÂ
yang penuh Tipudaya, Muslihat serta Kebencian ...
Keserakahan serta Individualisme ...
Pernah suatu waktu ketika kita baru bertemu ...
Hatiku sayu mendengarmu bertutur pilu
Logat Jabarmu tak mampu ditutupi - tedeng aling-aling
Kentara betapa derita yang dialaminya ...
Pernah kudengar ceritanya, kudapat merasakannya
Perjalanannya dari bumi pasundan menuju bumi andalas
tanpa membawa bekal apa-apa, terlunta-lunta di perjalanannya
Abah, kau yang dulu seorang juragan ...
di akhir hayatmu  ...
Hidup keseorangan dalam kesakitan ...
Tak ada yang peduli, padahal kelaurga anak banyak sekali ...Â
Ada sedikit asa kubisikkan ...
Supaya kau bertahan .... Beban hidup jangan terlalu dipikirkan
Jangan kau biarkan arus samuderaÂ
dan kepahitan hidup menimpa di ujung hayatmu
Damailah di sana, Abah,Â
kau tlah ku anggap laiknya orang tuaku di perantauan ...Â
Semoga, Tuhan menggugurkan dosa-dosa dengan ujian yang ditimpakan ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H